Ustadz Roshan Ramadhan : Jauhkan Diri Dari Sifat Iri dan Dengki yang Merusak Batin

Pemerintah180 views

MabesNews.com, Medan- Al Ustadz Muhammad Roshan Ramadhan mengingatkan umat Islam untuk menjauhkan diri dari sifat iri dan dengki yang dapat merusak batin dan jiwa seseorang. Sifat iri dan dengki merupakan “penyakit hati”

Allah berfirman dalam Alquran yang artinya “Jangan kamu iri hati terhadap apa yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain”. (Q S An Nisa’ 32)

“Sifat Iri dan dengki dapat merusakkan bathin dan jiwa kita,” ujar Roshan Ramadhan saat menjadi khatib Shalat Jumat di.Masjid Al.Mukhlisin, Jalan Bakti Utara Gaperta Ujung Medan Helvetia, Jumat 25/8/2023.

Di hadapan ratusan jemaah, Roshan Ramadhan yang juga bertindak sebagai imam Shalat Jumat itu, menegaskan sifat iri dan dengki sangat dilarang oleh Allah SWT.

Rasulullah SAW juga mengingatkan umatnya lanjut Roshan untuk menjauhi sifat iri dan dengki. Point ini dapat kita lihat dalam sabdanya yang diriwayatkan Imam Muslim.Artinya,”Janganlah kalian saling memboikot, membelakangi, membenci dan saling menghasut.Namun, jadilah kalian orang-orang bersaudara sebagaimana diperintahkan Allah SWT.”

Sebagai umat Islam, kata Roshan dituntut untuk menjauhi sifat-sifat buruk ini dan menggantikannya dengan sifat-sifat lebih mulia. Sebagai gantinya, mari kita tingkatkan rasa syukur kepada Allah atas segala yang telah Ia berikan kepada kita.

Kita harus belajar untuk merasa bahagia atas kesuksesan dan keberuntungan orang lain tanpa merasa iri atau dengki. Kita harus berusaha untuk membantu dan mendukung saudara kita dalam kebaikan, bukannya menghalangi atau merendahkan mereka.

Dalam rangka menghindari sifat iri dan dengki, perlu memahami bahwa setiap individu telah mendapatkan takdir dan pemberian dari Allah berbeda-beda sesuai kadarnya masing-masing. Dengan memahami ini, kita dapat merasa lebih tenang dan puas dengan apa yang telah Allah berikan Allah kepada kita.

Roshan mencontohkan, jika iri dan dengki tetap bercokol dalam diri kita, maka lambat laun sikap syukur akan pupus. Karena iri -dengki merupakan pembunuh rasa syukur.!Contoh kecil saja saat seseorang tiba-tiba memberi kita uang Rp100 ribu saat kita memang membutuhkannya.

Apa yang akan kita rasakan? Pastilah kita akan merasa senang dan bersyukur. Namun, apa yang selanjutnya akan terjadi ketika di waktu yang sama orang tersebut memberikan Rp500 ribu kepada orang lain?

Jika iri dan dengki bersemayam lebih kuat dalam diri kita maka rasa bahagia dan syukur karena telah mendapatkan Rp100 ribu pun akan cepat pupus. Sekali lagi, iri dan dengki adalah pembunuh rasa syukur sehingga sudah seharusnya harus kita hilangkan.

“Imam Al-Ghazali, menyebut bahwa iri dan dengki memiliki 3 tahap yaitu pertama, tahap menginginkan agar kenikmatan orang lain itu hilang dan ia dapat menggantikannya. Tahap kedua adalah menginginkan kenikmatan orang lain itu hilang, walaupun ia tak dapat menggantikan nikmat tersebut dengan merasakan mustahil untuk mendapatkannya.

Dengan kata lain, ia merasa gembira dengan melihat kejatuhan orang lain. Iri dan dengki ini menurut Imam lebih jahat dari yang pertama. Dan yang ketiga adalah tahap merasa tidak ingin jika kenikmatan orang lain hilang, tetapi ia benci jika orang lain mendapat nikmat lebih darinya. Ini juga terlarang karena ia tidak ridha atas kurnia Allah Swt

“Agar terhindar dari sifat iri, perlu kesadaran hati untuk tidak membanding-bandingkan apa yang dimiliki orang lain dengan apa yang dimiliki oleh kita. Kita perlu menyadari, Allah telah menentukan rezeki bagi setiap makhluknya sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an surat At-Thalaq 3:,” pinta Roshan

Roshan Ramadhan mengajak jemaah agar senantiasa dalam perjalanan menuju ketakwaan yang sebaik- baiknya. Selalu memperbaiki diri. Sebab takwa adalah pondasi utama menjaga kita dari godaan dunia yang sementara dan membimbing kita untuk kebahagiaan abadi di akhirat kelak.

“Kita harus senantiasa mengingat bahwa Allah Maha Melihat dan Maha Mendengar, sehingga setiap tindakan dan niat kita menjadi bahan pertimbangan di hadapan-Nya.

Mari perkuat komitmen ketakwaan kita dengan menjalankan segala perintah dan menjauhi larangan-Nya,” ujar Roshan.

Belajar untuk merasa bahagia atas kesuksesan dan keberuntungan orang lain tanpa merasa iri atau dengki. Kita harus berusaha untuk membantu dan mendukung saudara kita dalam kebaikan, bukannya menghalangi atau merendahkan mereka.

Jika iri dan dengki bersemayam lebih kuat dalam diri kita, maka rasa bahagia dan syukur karena telah mendapatkan Rp100 ribu pun akan cepat pupus. Sekali lagi, iri dan dengki adalah pembunuh rasa syukur sehingga sudah seharusnya harus kita hilangkan.

Dengan kata lain, ia merasa gembira dengan melihat kejatuhan orang lain. Iri dan dengki ini menurut Imam Ghazali lebih jahat dari yang pertama. Dan yang ketiga adalah tahap merasa tidak ingin jika kenikmatan orang lain hilang, tetapi ia benci jika orang lain mendapat nikmat lebih darinya. Ini juga terlarang karena ia tidak ridha atas kurnia Allah Swt.

Artinya: “Dan menganugerahkan kepadanya rezeki dari arah yang tidak dia duga. Siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allahlah yang menuntaskan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah membuat ketentuan bagi setiap sesuatu.

“Semoga Allah menjauhkan kita dari sifat iri dan dengki yang dapat menjerumuskan kita kepada golongan orang-orang yang tidak bersyukur dan semoga kita terhindar dari orang-orang yang iri dan dengki,” pinta Ustadz Roshan Ramadhan.(tiar)