TVRI dalam Kondisi Krisis: Urgensi Transformasi dan Profesionalisme Manajemen

Prov. Kepri98 views

MabesNews.com, Batam – Televisi Republik Indonesia (TVRI), lembaga penyiaran yang didirikan untuk menjadi corong pemerintah dan representasi bangsa, kini berada dalam kondisi memprihatinkan. Dikelilingi oleh persaingan ketat televisi swasta yang terus berkembang dengan konsep bisnis modern, TVRI terlihat tertinggal jauh. Manajemen yang dinilai kurang memprioritaskan aspek profitabilitas menjadi sorotan utama, terutama di tengah kebutuhan mendesak untuk meningkatkan daya saing dan relevansi lembaga tersebut.

Hilangnya Peran Strategis TVRI

Sebagai lembaga penyiaran milik negara, TVRI diharapkan menjadi ujung tombak komunikasi pemerintah kepada masyarakat. Namun, realitas saat ini justru sebaliknya. Dalam momen penting seperti pemilihan kepala daerah (Pilkada), peran strategis TVRI tidak terlihat. Bahkan, debat kandidat yang seharusnya menjadi ranah TVRI justru ramai ditayangkan oleh televisi swasta.

“Debat-debat Pilkada begitu semarak di televisi swasta. Namun, tidak ada satu pun yang disiarkan oleh TVRI. Padahal, Pilkada adalah hajat pemerintah. Lalu, di mana peran TVRI sebagai lembaga andalan pemerintah?” ungkap pengamat dan praktisi pertelevisian, Icang Rahardian, SH.

Kritik ini menggambarkan hilangnya posisi strategis TVRI dalam lanskap penyiaran nasional. Menurut Icang, ini adalah cerminan dari kelemahan manajemen yang belum mampu mengoptimalkan potensi besar yang dimiliki TVRI.

Krisis Profesionalisme dan Operasional

Salah satu permasalahan mendasar yang dihadapi TVRI adalah keterbatasan fasilitas operasional yang seharusnya menjadi elemen vital dalam menghasilkan siaran berkualitas. Icang, yang juga Ketua Umum Ikatan Wartawan Online (IWO) Indonesia, menceritakan pengalamannya saat bertemu dengan kru liputan TVRI.

“Saya bertanya kepada kru, kenapa mereka terlihat terburu-buru. Jawabannya mengejutkan: kamera yang digunakan harus segera dikembalikan ke kantor karena akan dipakai kru lain. Bayangkan, lembaga sebesar TVRI harus menggunakan kamera secara bergantian,” tuturnya dengan nada prihatin.

Menurut Icang, kondisi ini tidak seharusnya terjadi mengingat TVRI adalah lembaga penyiaran milik negara yang memiliki sumber daya besar untuk dikelola secara profesional.

Peluang Transformasi Menuju Kemandirian

Icang berpendapat bahwa transformasi manajemen dan visi TVRI menjadi langkah yang sangat mendesak. Dalam pandangannya, TVRI memiliki peluang besar untuk menjadi lembaga penyiaran yang mandiri secara finansial dan tidak lagi bergantung pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

“Jika dikelola dengan baik, TVRI bisa menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk perusahaan swasta dan lembaga internasional. Bahkan, setiap departemen pemerintah bisa diwajibkan memiliki wartawan TVRI untuk meningkatkan eksistensinya,” ujar Icang.

Lebih jauh, Icang menyarankan agar TVRI tidak hanya berfokus pada aspek penyiaran, tetapi juga pada peluang bisnis yang dapat mendukung kemandirian operasionalnya. Ia menyoroti potensi besar yang dimiliki TVRI dalam menggarap anggaran belanja iklan dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

“Dalam hitungan saya, ada ratusan BUMN di Indonesia, dan masing-masing memiliki anggaran belanja iklan. Ini adalah peluang besar yang bisa dimanfaatkan oleh TVRI,” tegasnya.

Usulan Perubahan Status Lembaga

Sebagai langkah strategis, Icang mengusulkan perubahan status TVRI dari Lembaga Penyiaran Publik (LPP) menjadi perusahaan perseroan (Persero). Menurutnya, status ini akan memberikan keleluasaan bagi TVRI untuk mengelola keuangan dan operasionalnya secara lebih fleksibel.

“Perubahan status ini membutuhkan persetujuan di tingkat DPR. Namun, jika berhasil, TVRI dapat lebih fokus pada pengembangan bisnis dan profesionalisme,” paparnya.

Membangun Kembali Kepercayaan Publik

Icang menekankan bahwa perubahan manajemen harus dimulai dengan menghadirkan sosok pemimpin yang memahami kebutuhan operasional di lapangan. Pemimpin TVRI tidak hanya bertugas mengatur strategi dari balik meja, tetapi juga harus turun langsung untuk mengetahui celah dan kekurangan yang ada.

“TVRI membutuhkan pemimpin yang mampu menggerakkan tim, meningkatkan kreativitas, dan membawa semangat baru bagi kru di dalamnya,” tutup Icang.

Transformasi TVRI bukanlah tugas yang mudah. Namun, dengan visi yang jelas dan dukungan dari berbagai pihak, TVRI dapat kembali menjadi lembaga penyiaran andalan pemerintah dan bangsa, sekaligus bersaing di tengah derasnya arus persaingan televisi swasta.

Artikel ini ditulis sebagai refleksi atas kondisi TVRI dan harapan besar terhadap masa depannya.(Nursalim Turatea).