Jakarta – MabesNesw.com- Hasil survei teranyar Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) jika Pemilihan Umum digelar hari ini, menunjukkan Partai Amanat Nasional (PAN) hanya meraup suara sebesar 1,7 persen. Artinya, partai yang dipimpin Zulkifli Hasan ini tidak memenuhi ambang batas parlemen sebesar 4 persen.
Sekretaris Jenderal PAN, Eddy Soeparno, menghormati hasil survei tersebut. Kendati demikian, ia menegaskan partainya tidak berkecil hati mengingat ada sejumlah survei lain yang menunjukkan bahwa PAN mendulang suara di atas 4 persen.
“Ada survei yang secara konsisten menempatkan PAN di bawah ambang batas parlemen. Tapi ada juga survei yang menempatkan PAN di atas 4 persen. Kita hormati dan kita tidak akan berkecil hati,” kata Eddy kepada Tempo, Ahad, 18 Desember 2022.
Menurut Eddy, PAN sudah bekerja keras selama dua tahun ke belakang. Justru, kata dia, PAN optimis bakal mendapatkan kursi dengan suara yang makin besar.
Musababnya, dia melanjutkan, jauh-jauh hari PAN sudah menyusun strategi dan mengeksekusi kerja-kerja jelang Pemilu 2024. Ia menyebut partainya menargetkan bakal mendapatkan 60-65 kursi pada pesta demokrasi mendatang.
“Kami optimis bahwa hasil perolehan kursi 2024 jauh lebih baik dari 2019. Target 60 sampai 65 kursi itu rasanya dalam jangkauan,” ujarnya.
Setali tiga uang dengan Eddy, Wakil Ketua Umum PAN, Yandri Susanto, hakulyakin partainya bakal lolos ke Senayan pada 2024. Menurut dia, survei SMRC kurang akurat karena selalu membangun narasi bahwa PAN tidak lolos ambang batas parlemen jelang Pemilu.
“SMRC surveinya kurang akurat karena setiap Pemilu selalu membangun narasi PAN nggak lolos ambang batas parlemen. Tapi faktanya, alhamdulillah kami bisa tembus di angka 7 atau 8 persen secara nasional,” kata dia.
Hingga kini, Yandri menyebut partainya terus menggelar konsolidasi tanpa henti. Kemenangan pada 2024 disebut Yandri jadi sebuah keniscayaan.
“Kami yakin PAN menang 2024. Jumlah kursinya naik melalui konsolidasi tanpa henti,” ujarnya.
Direktur Riset SMRC, Deni Irvani, menyebutkan jika Pemilu diadakan sekarang, suara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Demokrat mengalami kenaikan dibanding perolehan saat Pemilu Legislatif 2019. Data ini diperoleh dalam survei terbaru SMRC yang dilakukan secara tatap muka pada 3 sampai 11 Desember 2022.
Dibanding hasil pemilu 2019 lalu, dukungan kepada PDIP naik dari 19.3 persen menjadi 24,1 persen. Sementara Demokrat juga sedikit naik dari 7,8 persen menjadi 8,9 persen atau relatif stabil.
“Sementara partai-partai lain yang ada di parlemen cenderung menurun,” kata Devi dalam paparannya, Ahad, 18 Desember 2022.
Dalam presentasinya, Deni menyatakan bahwa jika pemilu diadakan sekarang, PDIP mendapat dukungan terbesar, 24,1 persen. Kemudian disusul dengan Golkar 9,4 persen dan Gerindra 8,9 persen.
Tapi peroleh suara kedua partai menurun dibandingkan 2019. Saat itu, Golkar dan Gerindra masing-masing memperoleh 12,3 dan 12,6. Barulah diurutan keempat ada Demokrat.
Diurutan kelima ada Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dengan 6,2 persen atau turun dari 2019 yang mencapai 8,2 persen. Urutan keenam ada Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dengan 6,1 persen, juga turun dari 2019 yang mencapai 9,7 persen.
Sisanya yaitu tiga partai lain di parlemen. Mulai dari Nasdem 3,2 persen atau turun dari 9,1 persen. PPP sebesar 2,9 persen atau turun dari 4,5 persen. Terakhir Partai Amanat Nasional (PAN) dengan 1,7 persen atau turun dari 6,8 persen.
“Sementara partai-partai lain mendapat dukungan di bawah 1 persen, dan yang belum tahu ada 20,9 persen,” kata Deni.
Di luar 9 partai parlemen tersebut, ada nama Partai Perindo yang peroleh suaranya mencapai 4,6 persen. Suara partai besutan pengusaha Hary Tanoesoedibjo ini mengalahkan NasDem, PPP, dan PAN.
Namun demikian, Deni menyebut bahwa setiap partai masih punya peluang menaikkan dukungan. “Karena masih ada sekitar 20,9 persen warga yang saat ini belum menentukan pilihan,” ujarnya.
( Supriyadi, SH)