MabesNews.com | Batam- Waktu sandar kapal di Terminal Peti Kemas (TPK) Batuampar telah turun drastis. Jika sebelumnya untuk membongkar 100-600 kontainer dari kapal membutuhkan waktu 48 hingga 52 jam, kini hanya 9 sampai 22 jam. Tidak sampai satu hari!
Semakin singkatnya waktu sandar kapal di pelabuhan otomatis mengurangi biaya logistik. Sebab semua tahu, setiap menit, atau bahkan detik dalam aktivitas kemaritiman.
Apalagi jika sudah waktunya membongkar atau memuat barang, ibarat argo di mobil taksi. Maka, semakin lama tentunya biaya yang dikeluarkan akan semakin membengkak.
Turunnya waktu sandar kapal di TPK Batuampar ini tak terlepas dari keputusan Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam H Muhammad Rudi (HMR), yang mendatangkan crane modern, ship to shore (STS) crane pertama di TPK Batuampar April 2023 lalu.
Untuk menggantikan crane manual yang konvensional. Masih harus ada orang yang naik ke kontainer untuk memasang tali di empat sudutnya.
“Teknologi saat ini sudah cukup canggih. Kita pesan crane ini tidak lain karena ingin memenuhi kebutuhan Kota Batam dengan teknologi terkini. Kota Batam tidak boleh ketinggalan dari negara lain,” tegas HMR beberapa waktu yang lalu.
Direktur Badan Usaha Pelabuhan, Dendi Gustinandar mengatakan, sejak dioperasikan pada awal September hingga akhir Septermber 2023, STS Crane telah dapat mengakomodir 15 persen dari total volume kegiatan bongkar muat yang ada di TPK Batuampar.
Ia optimis pemanfaatan STS Crane untuk kegiatan bongkar muat di Terminal Umum Batu Ampar dapat terus meningkat seiring dengan efektivitas layanan yang diberikan.
“Kita terus mengevaluasi pengoperasian STS Crane di Terminal Umum Batu Ampar,” katanya.
Dendi menegaskan, Batam harus mengambil potensi international transhipment port yang saat ini masih didominasi oleh pelabuhan di Singapura (32.3 Juta TEUs), Busan (12.2 Juta TEUs), Tanjung Pelepas (10.6 Juta TEUs), dan Port Klang (8.4 Juta TEUs).
Tiga dari Pelabuhan Transhipment dunia tersebut, memiliki kesamaan dengan Batam, yakni sama-sama berada di jalur tersibuk di dunia, Selat Melaka yang dilintasi 90 ribu kapal per tahunnya.
Untuk itu, ia membutuhkan dukungan dari semua pihak dalam mewujudkan Batam sebagai hub logistik internasional dapat tercapai.
Sebab, jika TPK Batuampar dikembangkan dengan lebih baik, akan berdampak pada perekonomian Batam dan Indonesia secara umum akan semakin meningkat.
“Kawasan Industri yang ada di Batam juga harapannya dapat berkembang dengan terbukanya pintu-pintu perdagangan dunia secara langsung,” ujarnya. (Nursalim Turatea).