SDG’s Dirumuskan Oleh PBB Menargetkan Tujuan 12 tentang Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab

Prov. Sumut149 views

Oleh: Kh. Dr. Muhammad Sontang Sihotang, S.Si., M.Si.(Mudir Jatman Idaroh Wustho Sumut, Wartawan Dayak News, Kepala Laboratorium Fisika Nuklir USU, Peneliti PUI Karbon & Kemenyan, Ketua Dewan Pendidikan Langkat)

SDG’s (Sustainable Development Goals) yang dirumuskan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menargetkan tujuan 12 tentang Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab.

Melalui kajian ini, pengelolaan limbah kulit telur dapat mendukung pencapaian target tersebut dengan mengurangi sampah organik sekaligus menciptakan produk yang memiliki nilai tambah.

Pendekatan Hepta Helix, sebagaimana dirumuskan oleh Carayannis & Campbell (2010), mencakup kolaborasi multi-stakeholder dalam pengelolaan sumber daya, melibatkan akademisi, pemerintah, industri, masyarakat, media, lingkungan, dan teknologi. Model ini sangat relevan untuk diterapkan dalam pengelolaan limbah kulit telur di Tebing Tinggi, di mana sinergi antar sektor dapat menciptakan solusi yang berkelanjutan.

Metodologi Kajian

1. Metode Kualitatif: Wawancara dengan para ibu rumah tangga dan pemangku kepentingan.

2. Metode Kuantitatif: Pengujian kandungan kalsium dari kulit telur dan analisis ekonomis dari hasil pengolahan.Proses Pembuatan Penepungan Kalsium Karbonat dari Cangkang Kulit Telur.

Langkah-langkah meliputi pengeringan, penggilingan, dan pengayakan kulit telur hingga diperoleh bubuk kalsium karbonat siap pakai.Analisis dan Pembahasan

Pemanfaatan limbah kulit telur dapat meningkatkan keterampilan ibu rumah tangga dan mendukung prinsip zero waste, ekonomi sirkular, SDG’s, dan ekonomi hijau.

Model Bisnis Canvas

Menggunakan model bisnis berbasis komunitas untuk produksi dan distribusi kalsium karbonat dari kulit telur.

Model Keuangan Analisis keuntungan dan biaya produksi kalsium karbonat serta potensi pasar lokal.

Berikut adalah tawaran alternatif penyelesaian dari pertanyaan kajian:

1. Bagaimana proses pengolahan limbah kulit telur menjadi kalsium karbonat?

Tawaran Alternatif:

o Pelatihan Teknologi Sederhana: Ibu-ibu rumah tangga dan komunitas dapat diberikan pelatihan tentang proses sederhana dalam mengolah kulit telur menjadi kalsium karbonat, meliputi tahapan pencucian, pengeringan, penggilingan, dan pengayakan

Pelatihan ini bisa difasilitasi oleh pemerintah daerah dengan kerjasama dengan pihak akademisi USU yang peduli pada pengelolaan sampah berbasis rumah tangga.

o Inkubator Usaha Lokal: Pemerintah daerah dapat bekerja sama dengan akademisi USU untuk mendirikan inkubator bisnis berbasis rumah tangga yang memproduksi kalsium karbonat dari kulit telur. Dengan bimbingan teknis dan dukungan dari sektor pendidikan, usaha ini dapat berkembang dan menjadi sumber penghasilan tambahan bagi keluarga.

 

2. Apa saja manfaat ekonomi dan lingkungan dari pengelolaan limbah kulit telur?

Tawaran Alternatif:

o Ekonomi Berbasis Komunitas: Mengolah limbah kulit telur menjadi produk bernilai seperti kalsium karbonat dapat membuka peluang usaha baru, seperti pembuatan suplemen kalsium atau bahan baku industri. Produk ini bisa dijual melalui koperasi atau pasar lokal.

 

o Pengurangan Biaya Pembuangan Sampah: Dengan mengelola limbah kulit telur secara mandiri, keluarga dapat mengurangi jumlah sampah yang harus dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA), yang sekaligus mengurangi biaya pengangkutan sampah kalau seandainya belum ditetapkannya UPTD Pembelian Sampah Kota Tebing Tinggi.

 

o Penciptaan Produk Ramah Lingkungan: Kulit telur yang diolah dapat digunakan sebagai bahan ramah lingkungan untuk pertanian, seperti pengkondisian tanah dan pengapuran.

 

3. Bagaimana pendekatan Hepta Helix dapat diterapkan dalam pengelolaan limbah kulit telur ini?

Tawaran Alternatif:

o Kolaborasi Multi-stakeholder: Pendekatan Hepta Helix melibatkan tujuh pemangku kepentingan—akademisi, pemerintah, industri, komunitas, media, lingkungan & teknologi.

 

Setiap elemen dapat berperan, seperti akademisi dalam riset pengolahan kulit telur, industri dalam memasarkan produk, dan pemerintah dalam memberikan insentif atau kebijakan yang mendukung pengolahan limbah.

 

o Keterlibatan Media: Media lokal dapat memainkan peran dalam mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya pengelolaan limbah berbasis rumah tangga dan mempromosikan produk hasil olahan limbah kulit telur.

 

Dengan tawaran solusi tersebut, diharapkan dapat tercipta sistem pengelolaan limbah yang berkelanjutan, meningkatkan kesadaran lingkungan & memberi manfaat ekonomi bagi komunitas di Tebing Tinggi.

 

Untuk menyelesaikan masalah yang muncul dalam batasan kajian dalam artikel ini yaitu terdapat beberapa alternatif solusi yang dapat diterapkan:

1. Perluasan Ruang Lingkup Studi

o Alternatif: Meskipun studi ini dibatasi pada pengelolaan limbah kulit telur di lingkungan Dharma Wanita Kota Tebing Tinggi, studi dapat diperluas ke lingkup lebih besar, seperti mencakup lebih banyak komunitas di Kota Tebing Tinggi atau mengajak partisipasi sekolah, UMKM, dan sektor lain yang menghasilkan limbah kulit telur. Hal ini memungkinkan kajian / penelitian untuk mencakup lebih banyak sumber limbah dan memperbesar dampak lingkungan yang dihasilkan.

2. Kolaborasi Antar Lembaga

o Alternatif: Dharma Wanita dapat bekerja sama dengan organisasi atau institusi lain, seperti koperasi lokal, BUMDes, atau lembaga pendidikan. Kolaborasi ini memungkinkan pemanfaatan sumber daya, jaringan distribusi & teknologi yang lebih luas sehingga mempermudah pengimplementasian Model Bisnis Canvas (MBC) untuk mendukung Ekonomi Sirkular & Zero Waste.

Keterlibatan lembaga lain dapat membantu mengatasi batasan pada jumlah sumber daya atau partisipan yang mungkin ada pada komunitas Dharma Wanita saja.

3. Skalabilitas Model Bisnis Canvas

o Alternatif: Meskipun MBC hanya diterapkan di lingkungan Dharma Wanita, model tersebut bisa dikembangkan menjadi proof of concept (bukti konsep) yang nantinya dapat direplikasi dan diadopsi oleh komunitas lain.

 

Ini bisa menjadi solusi dalam memastikan hasil dari studi ini dapat diterapkan pada skala yang lebih besar untuk mendukung Ekonomi Sirkular dan Zero Waste di berbagai wilayah.

4. Pembatasan Sumber Daya

o Alternatif: Salah satu masalah yang mungkin muncul dari batasan ini adalah keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh Dharma Wanita dalam pengelolaan limbah kulit telur.

 

Untuk mengatasi ini, pemerintah lokal atau pihak swasta dapat menyediakan subsidi atau hibah yang mendukung keberlanjutan proyek, baik dalam hal infrastruktur, teknologi, maupun pengembangan keterampilan (skills) anggota komunitas.

 

 

Dengan mengimplementasikan beberapa solusi di atas, masalah yang muncul dari batasan kajian dapat diminimalisir & hasil dari kajian ini tetap dapat berdampak luas serta berkelanjutan di berbagai sektor.

 

 

Berikut adalah solusi untuk masing-masing alternatif penyelesaian masalah:

1. Pengembangan Metode Sederhana untuk Pengolahan Kulit Telur Menjadi Kalsium Karbonat.

 

Solusi:

• Optimasi Proses Teknologi Rendah: Kembangkan metode sederhana yang dapat diterapkan di rumah, misalnya menggunakan alat penggilingan manual untuk memproses kulit telur menjadi bubuk kalsium karbonat.

 

 

Teknologi sederhana ini harus efisien, ramah lingkungan & mudah dioperasikan oleh para Ibu Dharma wanita & Ibu rumah tangga. Metode seperti ini telah berhasil diterapkan di beberapa komunitas pedesaan dengan bahan organik lainnya, seperti pengolahan kulit kacang menjadi pupuk (Sukmawati et al., 2020).

 

• Standarisasi Kualitas Produk: Agar hasil pengolahan kalsium karbonat bisa digunakan dengan aman, pengembangan metode harus melibatkan standarisasi kualitas produk. Kerjasama dengan ahli gizi atau teknolog pangan dapat memastikan bahwa kalsium karbonat yang dihasilkan memenuhi standar kesehatan jika ingin digunakan sebagai suplemen atau bahan baku makanan.

 

 

2. Pelatihan kepada Para Ibu Dharma Wanita & Ibu Rumah Tangga (lanjutan) Mengenai Manfaat dan Proses Pengelolaan Limbah

Solusi:

• Pemberdayaan melalui Pelatihan dan Workshop: Pelatihan dapat diselenggarakan melalui kolaborasi antara pemerintah daerah dan organisasi Dharma Wanita atau PKK setempat. Program pelatihan harus mencakup pengetahuan tentang manfaat ekonomi & lingkungan dari pengolahan limbah kulit telur, serta demonstrasi praktis mengenai proses pengolahan menjadi kalsium karbonat.

Kegiatan ini bisa dilakukan dalam bentuk workshop reguler untuk memastikan para Ibu Dharma Wanita & Ibu rumah tangga dapat mempraktikkan keterampilan yang didapat.

• Pendampingan Berkelanjutan: Agar pelatihan lebih efektif, pendampingan secara berkala perlu dilakukan. Ini termasuk monitoring & evaluasi atas keberhasilan pelatihan, serta memberikan kesempatan kepada para peserta untuk berbagi pengalaman & belajar dari praktie terbaik.

3. Penerapan Kerjasama Antar Pemangku Kepentingan melalui Pendekatan Hepta Helix

Solusi:

• Koordinasi antar Pemangku Kepentingan : Dalam pendekatan Hepta Helix, koordinasi antar pemangku kepentingan sangat penting. Pemerintah daerah dapat berperan sebagai fasilitator untuk menyatukan akademisi, sektor bisnis, komunitas & media. Contohnya, akademisi USU dapat memberikan dukungan riset untuk pengembangan metode pengolahan kulit telur, sementara sektor bisnis bisa membantu dalam memasarkan produk kalsium karbonat hasil olahan ibu-ibu rumah tangga {Carayannis & Campbell, 2010 (edited)}. (Bagian II)