MabesNews.com, Dunia pendidikan sekarang ini. Setiap saat dapat saja terjadi peristiwa-peristiwa yang tidak terbayangkan dan tidak terduga sama sekali. Akhir-akhir ini segala macam model dan bentuknnya peristiwa-peristiwa itu tidak hanya terjadi dan menimpa pada peserta didik, tetapi juga terjadi dan menimpa pada pendidik. Kasus pembacokan guru oleh siswanya sendiri, kasus bullying yang semakin menjadi-jadi, penganiayaan dan pengeroyokan dan seterusnya. Terkesan dunia pendidikan kita seakan gagal. Dan ini memberikan implikasi yang cukup serius pada cara berpikir, cara bersikap, mentalitas, perilaku, tindakan, pada kehidupan seorang individu, kelompok, dan bahkan pada lembaga pendidikan dalam mengulang kembali, mengkonsep, merumuskan, pencarian model yang pas, dekat dan cepat untuk di terapkan di setiap satuan lembaga pendidikan sebagai acuan kebijakan dan solusi atas peristiwa-peristiwa itu.
Maraknya kasus bullying (perundungan) yang terjadi di sekolah-sekolah dan di berbagai daerah dengan berbagai latar belakang dan persoalannya masing-masing membuat kita bertanya. Apakah sekolah masih menjadi tempat yang aman dan tepat untuk keberlangsungan tumbuh dan berkembangnya peserta didik? Apakah cara berpikir, cara bersikap, karakter dan mentalitas, perilaku, tindakan peserta didik kita di pengaruhi oleh pola asuh, pola didik, baik dirumah, sekolah, maupun masyarakat, pada umumnya menjadi faktor lain yang tidak bisa dipisahkan sama sekali? Atau konsep, rumusan dan kebijakan pendidikan kita yang tidak kunjung menemukan formula yang ampuh di era global, multireligius, multidisiplin, transdisiplin, multikultural, transkultural dan digital sekarang ini?
Beberapa pertanyaan diatas menjadi tanggung jawab semua pihak dan lapisan masyarakat untuk menemukan akar persoalan dan sekaligus memberikan acuan kemaslahatan bersama, kedamaian, keamanan dan ketentraman. Sehingga keberlangsungan dunia pendidikan menjadi harapan bersama tidak hanya tanggung jawab sekolah-sekolah atau instansi pendidikan saja, tetapi semua elemen ikut andil untuk mewujudkankannya. Pada tulisan ini penulis ingin merekam beberapa catatan kritis sebagai refleksi atas beberapa persoalan untuk diperhatikan dalam dunia pendidikan.
*_Sekolah Bukan Tempat Bullying_*
Memiliki tabiat yang menindas atau ingin berkuasa atas orang lain baik sebagai hasrat individu ataupun kelompok bukan cerita yang baru dalam sejarah kemanusiaan. Watak dan perilaku seperti ini lama kelamaan membentuk tindakan yang merugikan orang lain baik terjadi pada individu maupun kelompok yang berakibat menyakiti atau disakiti. Tabiat dan Hasrat itu di dorang atas kelebihan atau kekurangan yang dimiliki masing-masing pihak, sehingga melanggar norma-norma yang berlaku umum bagi penganut, pengikut, paham, sampai pada hal-hal yang prinsip diyakini oleh individu atau kelompok yang selama ini telah dijalaninya. Kemudian belakangan muncul istilah bullying yang menampakkan corak dan faktor penyebab permasalahannya tidak hanya mewabah dan terjadi dalam dunia pendidikan, tetapi juga merembes di dunia maya dengan istilah yang tidak sama (hate speech). Tetapi penyebab, tujuan, dampak dan akibat, pengaruh, tidak jauh berbeda. Disinilah prilaku bullying bermula dan menunjukkan taringnya yang berakibat sangat mengganggu kenyamanan, keamanan, ketentraman kehidupan individu atau kelompok ditengah keberagaman, kelebihan atau kekurangan dari masing-masing individu atau kelompok.
Berkembangnya kesadaran baru dan majunya peradaban ilmu pengetahuan, transformasi teknologi, informasi dan transportasi. Menuntut setiap individu atau kelompok untuk tetap survive, mengawetkan, melanggengkan, mempertahankan, apa yang selama ini menjadi pegangan. Tanpa menyadari ada narasi yang kompleks terus berkembang disekelilingnya, baik cara berpikir, cara bersikap, cara berprilaku dan bertindak pada individu atau kelompok lain yang didasari pada latar belakang kebudayaan atau peradabannya sendiri-sendiri. Karena meyakini hanya narasi besar yang perlu dipertahankan untuk kemaslahatan bersama ditengah keberagaman yang tidak terhindari. Disinilah cara berpikir, cara bersikap, cara berprilaku dan bertindak memunculkan tabrakan antar identitas, baik pada individu maupun kelompok atas kelebihan atau kekurangannya masing-masing. Untuk mempertahankan identitasnya masing-masing yang awalnya ada di dunia nyata beralih bentuk dalam dunia maya dengan beragam model dan jenisnya. Motif dan kekuatan tersembunyi di balik dunia maya ini lah prilaku bullying tumbuh berkembang dan mengekpresikan identitas dan kekuatannya masing-masing sekaligus mengumumkan kelemahan yang ada pada individu atau kelompok lain. Akibatnya terjadi benturan kekuatan masing-masing sehingga salah satu pihak, baik individu atau kelompok mengalami kerugian atau dirugikan pada aspek-aspek tertentu akhirnya berakibat fatal dan mencelakai individu atau kelompok dengan berbagai bentuk dan macamnya.
*_Sekolah Bukan Bengkel_*
Maraknya prilaku menyimpang dan merosotnya karakter dan nilai-nilai keagamaan pada siswa bukan hanya tanggung jawab lembaga pendidikan. Tetapi ada tanggung jawab bersama antara peran orang tua dan satuan lembaga pendidikan dan masyarakat pada umumnya dalam memperhatikan, melakukan pengawasan dan pendampingan pada siswa dalam keseharian aktivitas mereka, baik di rumah, sekolah maupun ketika mereka berada ditengah kehidupan masyaraka atau lingkungannya. Dengan demikian proses pendidikan anak, baik dirumah, pada setiap satuan lembaga pendidikan bisa berjalan sesuai perkembangan, pertumbuhan dan potensi yang mereka miliki. Oleh karena itu hubungan kolaborasi seperti ini harus terus berkesinambungan antara orang tua, sekolah dan masyarakat adalah harga yang tidak boleh ditawar-tawar demi, untuk setiap anak-anak kita dan setiap generasi anak bangsa yang kita cintai.
*_Guru Bukan Malaikat_*
Tidak jarang guru menjadi target tindakan penyimpangan yang dilakukan oleh oknum siswa, atau oknum orang tua. Begitu sebaliknya terkadang siswa menjadi korban penyimpangan yang dilakukan oleh oknum guru. Guru terkesan seperti malaikat yang melahirkan malaikat begitu ada siswa yang sulit diarahkan, di bimbing, di didik, di dorong untuk tumbuh dan berkembang segenap potensinya malah yang disalahkan adalah gurunya. Padahal ada hal yang lupa di perhatikan dan di ingat bahwa siswa tidak dua puluh empat jam berada sekolah. Sisanya mereka berada dirumah bersama orang tua atau keluarganya dan hidup dilingkungannya. Apakah pengawasan dan pendampingan, proses bembelajaran, latihan, dan sebagainya sama yang dilakukan pada mereka ketika di sekolah oleh guru dan dirumah, atau ditengah masyarakat. Jawabannya belum tentu.
*_Bahaya BTP_*
BACAAN, TONTONAN, dan PERGAULAN. Tiga komponen yang berkait kelindan sebagai buah masak dari transformasi teknologi infomasi yang membanjiri di berbagai platform media. Di satu sisi kita bersyukur kemajuan teknologi informasi adalah perwujudan dari peradaban akal budi umat manusia dan memudahkan kita dengannya. Tetapi di sisi lain ada tantangan yang cukup hebat yang bisa merubah dalam sekejap perilaku, nilai hidup, kebiasaan, karakter, gaya dan moral seseorang. Penyakit gaya baru ini sudah merambah kemana-mana tidak hanya pada anak-anak dan siswa tetapi juga orang dewasa. Berbagai aplikasi media bisa di askes dalam sekejap mata oleh siapa saja dengan beraneka akun yang tersedia. Jika kurang diperhatikan dan dicermati, maka baik secara langsung ataupun tidak akan menjadi penyakit yang mamatikan. Oleh karena itu kita perlu mengingatkan dan memperhatikan sekaligus melakukan filter, pilah pilih mana obat menyembuhkan penyakit dan mana virus yang mendatangkan penyakit. Terutama untuk siswa siswi kita dan anak-anak didik kita.
Sebagai penutup Tulisan singkat ini mungkin kurang memuaskan dari banyaknya persoalan yang di hadapi dunia pendidikan. Namun demikian tulisan pendek atau panjang itu masih bisa menyampaikan sebuah idea. Bahkan sebuah ideologi atau tulisan ilmiah dapat di ekpresikan dalam satu kata atau kalimat. Sebab setiap kata mengandung makna dan setiap makna mengandung konsep dan setiap konsep dihasilkan oleh worldview atau ideologi. Maka, kata atau kalimat bisa menjadi medium penyampaian ide, pendapat dan paham. Bahkan gagasan yang besarpun bisa dituangkan dalam bentuk puisi.
Wallahu ‘alam.
Sabrun Jamil, S. Pd., M. Pd
Guru SD Al Furqan