Sabrun Jamil: Dosen STIQ Kepri: Rekonstruksi Pendidikan Agama Islam dan Internalisasi Nilai

Lainnya263 views

MabesNews.com, Kepri – Peserta didik kita merasakan bahwa selama ini mereka hanya banyak diberikan pembelajaran agama dan begitu juga mahasiswa dengan ceramah tentang ilmu-ilmu keislaman di buku paket siswa dan keilmuan keislaman era klasik, kalam, tafsir, tasawuf, hadis, akidah akhlak, fiqih. Bahkan dikalangan mahasiswa khususnya tarbiyah, kajian dan telaah pada berbagai persoalan keilmuan keagamaan islam terasa sangat minim. Tidak ada yang salah, pengajaran pada keilmuan keislaman klasik sangat baik dan tentu saja tidak ada yang keliru, agar setiap generasi tidak ketinggalan dari kekayaan akar budaya keagamaannya. Justru yang sangat terasa kurang pengartikulasian ulang bahwa keilmuan keislaman klasik juga dulunya di konsep, dirumuskan dan digagas dengan berbagai tantangan yang ada pada saat itu.

Diskusi keilmuan keislaman klasik akan selalu menarik, tapi pertanyaannya adalah apakah ilmu-ilmu yang pernah berkembang pada saat itu secara otimatis harus berlaku pada era sekarang? Dalam analisa penulis ini yang kurang mendapat perhatian serius dari para guru dan dosen, proses pengajaran hanya pelepas beban dan mengejar terget kurikulum. Metodologi dan pendekatan dalam proses hanya ceramah yang banyak sekali doktrinal. Jika berjalan dengan alur yang terus demikian hemat penulis kurang mendapat perhatian dangan segala tantangan yang ada sekarang dan kompleksitasnya.

Di era postmodernitas sekarang ini, untuk tidak mengatakan secara berlebihan sangat dibutuhkan keberanian para guru, dosen dan intelektual untuk merumuskan, mengkonsep ulang berbagai pola pendidikan agama islam baik pada sisi metodologi maupun pendekatan dengan demikian pendidikan agama islam lebih relevan untuk menjawab berbagai persoalan yang ada, segala penyimpangan dan degradasi nilai yang hari ini sangat-sangat mengkhawatirkan.

Sebagai catatan, penulis menguraikan beberapa catatan kaki yang juga perlu untuk didiskusikan.

Pertama: Guru dan dosen selain mengajarkan keilmuan keislaman era klasik, kalam, tafsir, tasawuf, fikih, akidah akhlak, Juga perlu menyampaikan segala tantangan postmodernitas yang ada, yang sangat beragam dan kompleks.

Kedua: Pengajaran ilmu-ilmu keislaman tidak seharusnya melulu menekankan aspek doktrinal, perlu penekanan dan pendekatan-pendekatan yang bersifat terbuka dan penanaman nilai ditengah tantangan dan tuntutan zaman yang dihadapi oleh generasi era sekarang sesuai dengan nilai-nilai agama islam yang fundamental.

Ketiga: Pengajaran yang pertumpu pada teks harus bergeser pada konteks tanpa meninggalkan substansi materi, isi, dan nilai dari kenyataan realitas yang mereka hadapi.

KeEmpat: Ditengah era pluralias iman sekarang ini, muatan dan internalisasi nilai keberagaman mau tidak mau harus menjadi telaah akademis yang kuat untuk mengimbangi kenyataan ditengah kehidupan, dimensi tasawuf, kalam, harus terinternalisasi pada pengamalan dan perilaku anak didik kita, jangan paksa meraka hanya pada hapalan materi, dan isi buku-buku pedoman, tapi juga efektif dan psikomotoriknya. Dari sini kematangan berpikir dan kedewasaan prilaku akan tampak, sifat rendah hati, sabar, toleransi, tenggang rasa, jujur, menghormati etc.

Kelima: Pendidikan agama islam era postmodernitas sekarang ini tidak lagi cukup dan memadai jika hanya berfokus pada kesholehan moralitas individual, tapi tidak peka pada kesholehan moralitas publik. Padahal moralitas publik sangat erat kaitanya dengan struktur sosial, ekonomi, politik, dan budaya, karena masing-masing memiliki sistem dan kepentingan. Pendidikan agama islam era postmodernitas, perlu bahkan kalau boleh di bilang wajib memasuki diskursus moralitas publik, karena sumber kejahatan, penyimpangan moral tidak lagi hanya berumber pada individu-individu. Bahkan sudah bergeser ke jaringan struktur yang sangat rapi. Oleh karena itu pendidikan agama islam perlu di baca ulang dan ditelaah kembali di era postmodernitas sekarang ini, begitu juga pada peserta didik dan mahasiswa perlu untuk selalu diperkenalkan berbagai tantangan yang terus ada dan berbagai liku-liku kehidupan sekaligus solusi dangan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai agama.

Wallahu a’lam.

Sabrun Jamil, M. Pd, CHTc, CNLPTc,

Guru SD Al Furqan dan Dosen STIQ Kepri