Oleh St. Nurung, M. Pd
MabesNews.com, Sastra bukan sekadar kumpulan kata yang dirangkai dalam bentuk puisi, cerpen, atau novel. Lebih dari itu, sastra adalah cerminan jiwa dan budaya suatu masyarakat yang dapat menginspirasi, mendidik, serta membangun karakter. Dalam konteks pendidikan, sastra berperan penting dalam membentuk pola pikir kritis, meningkatkan empati, serta menumbuhkan imajinasi dan kreativitas. Oleh karena itu, eksistensi sastra di lingkungan sekolah, termasuk di SMA Negeri 1 Jeneponto, harus terus dipertahankan dan dikembangkan seiring dengan tantangan zaman yang semakin dinamis.
Perkembangan Sastra di SMA Negeri 1 Jeneponto
Di SMA Negeri 1 Jeneponto, kesadaran akan pentingnya sastra telah mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini terlihat dari antusiasme siswa dalam berbagai kegiatan literasi yang diselenggarakan di sekolah, mulai dari lomba menulis puisi, cerpen, hingga esai. Kegiatan seperti pementasan drama dan pembacaan puisi juga semakin sering diadakan sebagai bagian dari upaya untuk menumbuhkan kecintaan siswa terhadap dunia sastra.
Selain itu, peran guru, khususnya guru bahasa Indonesia, sangat besar dalam menghidupkan atmosfer sastra di lingkungan sekolah. Berbagai metode kreatif diterapkan dalam pembelajaran, seperti pembacaan puisi dengan ekspresi, diskusi karya sastra, hingga pemanfaatan media digital sebagai sarana apresiasi sastra. Tidak hanya itu, ekstrakurikuler jurnalistik dan sastra juga menjadi wadah bagi siswa yang memiliki minat lebih dalam menulis dan berkarya di bidang sastra.
Menurut St. Nurung, M.Pd., guru bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Jeneponto, “Kemajuan sastra di sekolah ini sangat bergantung pada kolaborasi antara guru, siswa, dan pihak sekolah. Dukungan terhadap kegiatan sastra harus terus diperkuat agar siswa dapat mengembangkan daya imajinasi dan kemampuan literasi mereka di tengah arus globalisasi yang semakin pesat.” Pernyataan ini menegaskan bahwa keberlanjutan perkembangan sastra di sekolah sangat bergantung pada komitmen bersama antara seluruh elemen pendidikan.
Tantangan Sastra di Era Digital
Meskipun minat terhadap sastra meningkat, tantangan tetap ada. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi dalam upaya mengembangkan sastra di kalangan siswa adalah persaingan dengan media digital. Di era teknologi seperti sekarang, perhatian siswa sering kali teralihkan oleh media sosial, gim daring, dan hiburan instan yang menawarkan kesenangan seketika. Kebiasaan membaca dan menulis semakin tergeser oleh budaya visual dan konten singkat yang cenderung mengurangi kedalaman berpikir.
Selain itu, kurangnya akses terhadap buku-buku sastra yang berkualitas juga menjadi kendala tersendiri. Perpustakaan sekolah masih memerlukan lebih banyak koleksi buku sastra, baik klasik maupun kontemporer, agar siswa memiliki lebih banyak pilihan untuk mengembangkan minat baca mereka.
Strategi dan Harapan untuk Revitalisasi Sastra
Untuk menjawab tantangan tersebut, diperlukan strategi yang inovatif dalam mengenalkan dan mempertahankan minat siswa terhadap sastra. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:
1. Pemanfaatan Teknologi dalam Pembelajaran Sastra
Digitalisasi dapat menjadi solusi dalam menghadapi penurunan minat baca siswa. Penggunaan platform digital seperti blog, e-book, podcast sastra, serta video kreatif berbasis literasi dapat menjadi sarana efektif untuk menyesuaikan sastra dengan gaya hidup generasi muda.
2. Peningkatan Akses terhadap Bacaan Sastra Berkualitas
Sekolah perlu menambah koleksi buku-buku sastra di perpustakaan dan mendorong siswa untuk lebih banyak membaca karya sastra dari berbagai periode dan genre. Kerjasama dengan penerbit atau komunitas sastra dapat menjadi alternatif untuk menyediakan lebih banyak referensi bagi siswa.
3. Meningkatkan Intensitas Kegiatan Literasi
Mengadakan lebih banyak lomba sastra, bedah buku, dan kunjungan ke komunitas sastra lokal dapat membantu siswa memahami nilai dari sastra itu sendiri. Dengan cara ini, sastra tidak hanya menjadi mata pelajaran di sekolah, tetapi juga menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari mereka.
4. Membangun Komunitas Sastra Sekolah
Pembentukan komunitas sastra yang aktif dapat menjadi wadah bagi siswa untuk berbagi ide, menulis bersama, serta saling menginspirasi. Komunitas ini juga dapat bekerja sama dengan sekolah lain atau komunitas sastra lokal untuk memperluas jaringan dan pengalaman siswa.
Dengan strategi-strategi tersebut, diharapkan kemajuan sastra di SMA Negeri 1 Jeneponto dapat terus berkembang. Sastra bukan hanya sekadar mata pelajaran yang diajarkan di kelas, tetapi juga harus menjadi budaya yang hidup dan mengakar dalam keseharian siswa. Dengan begitu, generasi muda dapat tumbuh menjadi individu yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga kaya akan wawasan, nilai-nilai kemanusiaan, dan kreativitas yang tinggi. Sastra harus tetap hidup, berkembang, dan menjadi bagian dari perjalanan intelektual siswa menuju masa depan yang lebih baik.