MabesNews. Com, BATAM – Bantuan donasi dari Persatuan Bangsa Melayu telah disampaikan kepada warga terdampak Relokasi di Sembulang, Jumat (29/09/2023). Bantuan disalurkan dalam bentuk sembako ini merupakan bentuk kepedulian dari Persatuan Bangsa Melayu terhadap masyarakat Rempang Galang.
Liya (39), asli warga Galang mewakili anggota Persatuan Bangsa Melayu secara langsung menyerahkan bantuan kepada warga Pasir Panjang Sembulang.
“Alhamdulillah hari ini kita dapat bertemu dengan adik Riska yang belakangan kemarin viral yang menentang relokasi, menentang pergeseran masyarakat pasir panjang. Ini adalah bukti melayu ini bangsa yang besar, jadi satu terusik, maka sama halnya telah menganggu puak melayu lain nya,” ujar Lia.
“Dari awal kejadian Rempang Galang dan sekitar kita terus pantau, bahkan beberapa tim yang dibentuk ulang alik masuk lokasi untuk menanyakan kebutuhan dan lainnya, pada intinya atas nama Persatuan Bangsa Melayu kami mengutuk atas terjadinya Bentrok antara warga dan kezaliman yang dilakukan Pemda Batam kepada warga Rempang dan Sekitar. Karena sebelum Indonesia merdeka, pulau ini dah di huni warga melayu, jadi jangan pindahkan mereka atas nama investasi yang zalim, jangan usik mereka di kampung tua dan sekitarnya,” pintanya.
Diketahui mata pencaharian warga selama gejolak terjadi, banyak masyarakat tak bekerja karena menjaga kampung agar tidak di gusur.
Riska (20), salah satu warga Pasir Panjang yang videonya sempat viral saat membacakan pernyataan penolakan relokasi ketika berhadapan dengan Walikota Batam Muhammad Rudi, mengatakan, “Masyarakat di sini banyak yang tidak bekerja dan kerja pun tak konsentrasi takut pada saat mereka pulang rumah sudah digusur. Karena tak bekerja, masyarakat butuh sembako dan sejenisnya,” ujar Riska, Jumat (29/09/2023) malam.
Dikatakan Riska, usai pemerintah berencana merelokasi warga, suasana tidak lagi kondusif.
“Selalu menghantui masyarakat sebab BP Batam menginginkan masyarakat keluar dan mengosongkan kampung,” kata Riska.
” Kami takut kehilangan tanah kelahiran, tanah leluhur diwariskan datuk nenek dari dulu, anak-anak paska kejadian masih ada yang trauma,” tambahnya.
Riska berharap agar masyarakat Rempang Galang tidak direlokasi dari kampungnya.
“Masyarakat ingin tetap di lokasi, tak ada yang tergusur atau digusur, ataupun digeser kalau ini tetap dilanjutkan maka kami siap mati dikampung sendiri dari pada memberi tanah buat penguasa yang bukan pribumi,” pungkasnya.
“Kami dibesarkan disini datuk nenek kami ditanam/dikebumikan di Pulau ini karena tanah ini milik masyarakat melayu dari turun temurun,” tambahnya.
Usai ditundanya pengosongan wilayah Rempang Galang pada 28 September warga masih tetap berjaga.
“Kami masih tetap jaga takut ini hanya trik pemerintah, tiap malam kami jaga untuk mempertahankan kampung tercinta kami,” tutur Riska.
“Alhamdulillah sampai saat ini kami tetap bersikeras menolak relokasi. Kami tak nak sedikitpun ada pergeseran dari kampung kami jangankan banyak sejengkal saja kami tak mau direlokasi. Jadi kami di sini insya Allah tetap bertahan tidak akan pernah mau sedikitpun. Tidak hanya kampung kami saja di Pasir Panjang, dari 16 titik pun tak mau. Untuk saudara-saudara kami yang di luar sana terima kasih sudah membantu kami dan saudara kami di 16 titik tetap semangat jaga dan tetap pada tujuan pertama kita tetap menolak relokasi,” tutupnya.
Sementara itu Penanggung jawab aksi solidaritas Persatuan Bangsa Melayu Dedi Azwandi menyampaikan, “apabila Rempang Terusik, maka berarti sama mengusik Puak Melayu yang ada di dunia ini. Maka tentunya kami yang berada di pulau-pulau juga takkan diam apabila saudara kami terganggu. Bagi kami Hidup Mulia atau mati syahid adalah pilihan akhir mempertahankan kampung tua ini. Semoga pemerintah atas nama BP Batam masih bisa berfikir jernih mengurungkan niat menjadikan daerah ini investasi yang kelak ini juga akan merusak ekosistim alam semesta.” Tegas Dedi.
(Muin yayah)