Mabesnews.com l Bireuen – Profesi menulis merupakan hobby seseorang, banyak para pensiunan dari berbagai lembaga,menulis sebagai karya untuk dipersembahkan kepada anak bangsa di negeri ini, pensiun sudah profesi menulis belum.
Sebenarnya profesi menulis yang digendrungi bagi anak muda sekarang ini,lebih gampang karena sarana untuk menulis sudah cukup tersedia diberbagai alat komunikasi tersedia,tidak seperti dulu “zaman baholak”,jangankan komputer mesin ketikpun payah kita cari.
Pengalaman kami pada tahun delapan puluhan tamatan dari Sekolah Pendidikan Guru,pergi menuntut ilmu lebih mendalam lagi di Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh, bergaul banyak teman dari berbagai daerah di Provinsi Aceh.
Berbaur dengan orang-orang baik, apalagi calon pendidik atau cek gu, berbagai ilmu harus di cari, menurut sejumlah teman satu kuliah,calon guru membaca dan menulis diutamakan,agar tidak dianggap dari kalangan temen temen salah satu jurusan lain mengarang aja tidak bisa.
Tekat itu,tersambut sejumlah dosen mata pelajaran masing masing, memberi pekerjaan rumah(PR) dan soal soal waktu kuliah,kami secapat mungkin harus selesai,menjawab tugas yang diberikan dosen,walau secarik kertas dengan tulisan tangan payah dibaca,sebab mesin ketik apalagi komputer,saat itu langka.
Sejumlah teman teman, kadang kala mencontohkan pekerjaan rumah yang diberikan kepada kami oleh dosen tadi,kita kerjakan secepatnya, walaupun di sana sini benar salah mungkin sepuluh persen,yang penting pekerjaan mulia dan kita hargai dosen mata kuliah kita,menjadi nikmat saat diberi nilai B,setajam itulah kebiasaan menulis sudah terpatri di jiwa kami.
Pada masa itu, belum ada Handphone, WhatsApp,Facebook,dan lainnya apalagi media online terbitan media cetak sulit kita cari,hanya di Aceh teringat penulis Atjeh Post, Mimbar Swadaya,Mimbar Pristiwa, media cetak ini sangat berjasa kepada orang yang hobby menulis tadi, sebut Samsul,salah seorang wartawan mengenang tulisan “tempo dulu”.
Kebaikan dari pimpinan redaksi atau pemilik koran itu,tumbuh penulis handal zaman masih teknologi informasi sangat sederhana,kami menulis berita terpaksa pakai tulisan tangan, kirim ke redaksi,dari masa ke masa, penguasaan mesin ketik dan komputer,harus kita kuasai.
Bila kita telusuri profesi menulis hanya beberapa orang saja waktu, tapi kecanggihan teknologi informasi khususnya Surat Kabar,Majallah dan kini timbul media online, banyak generasi muda gendrung menjadi penulis handal, bahkan kalangan para pensiunan sudah, profesi menulis terus berjalan.
Berbagai media online,anak muda sudah menguasai ilmu kode etik secara alami,dan tulisan cukup mengigit,ini fakta di Bireuen aja timbul berbagai organisasi kewartawanan, bergabung anak anak muda ceria dan gesit, mencari berita untuk ditampilkan kepada anak bangsa.
Yang haus informasi setiap saat, Begitu pula warga masyarakat menunggu apa yang diberitakan hari ini,sudah menjadi konsumsi pembicaraan publik,pada saat aktifitas manusia tidak ada lagi, informasi juga tidak bisa kita lakukan,tambah sejumlah para penulis dari kalangan pensiun yang hobby menulis , untuk menambah wawasannya.
Wawasan kita menambah ilmu untuk dicerna di otak,menjadi semangat untuk menulis,kita tidak perlu dihargai orang,yang penting tulisan kita banyak di baca orang, walaupun penulis dari kalangan kampungan.Kemudahan sekarang ini untuk penulis buku, Surat Kabar Majallah dan Online sekalipun dipermudah banyak media online, menerima naskah berita dari kalangan anak muda dan mahasiswa.
Dulu Untuk kita telepon ke Redaksi harus pakai telepon baholak ,kini cukup Handphone di tangan, posisi apakah di kota, gunung , sawah sudah mendunia,bagi penulis berjiwa satria diharapkan bukan fitnah fakta lebih utama,semoga Allah SWT memberi berkah dan fahala kepada penulis generasi muda dan para pensiun sudah?, profesi menulis belum, ucapnya.(red)