MTQH XXXIII Kecamatan Sungai Beduk: Kelurahan Tanjung Piayu Bertekad Menjadi yang Terbaik

MabesNews.com, Batam, 19 Februari 2025 – Musabaqah Tilawatil Qur’an dan Hadis (MTQH) ke-33 Kecamatan Sungai Beduk berlangsung dengan penuh khidmat dan antusiasme tinggi dari berbagai peserta. Salah satu yang menjadi sorotan dalam gelaran ini adalah Kelurahan Tanjung Piayu, yang tampil dengan kekompakan dan semangat luar biasa dalam mengikuti berbagai cabang perlombaan.

MTQH kali ini mengusung tema “Berperilaku Qur’ani sebagai Pelopor Menjaga Keseimbangan Alam dan Lingkungan”, yang mencerminkan pentingnya ajaran Islam dalam membentuk karakter dan kepedulian terhadap lingkungan hidup. Tema ini menjadi pengingat bahwa selain membaca dan menghafal Al-Qur’an, mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari juga menjadi bagian penting dari nilai-nilai Islami.

Partisipasi Kelurahan Tanjung Piayu

Kelurahan Tanjung Piayu menampilkan kontingen yang solid, terdiri dari para peserta berbakat dalam berbagai cabang lomba, termasuk tilawah, tahfiz, syarhil Qur’an, serta kaligrafi. Dukungan penuh juga diberikan oleh masyarakat dan jajaran pemerintah kelurahan, yang turut hadir dalam acara pembukaan dengan mengenakan seragam khas bernuansa hijau toska, melambangkan keselarasan dan ketenangan.

Salah satu daya tarik utama adalah penampilan kelompok ibu-ibu majelis taklim yang turut meramaikan ajang ini dengan tampilan seragam yang serasi. Kehadiran mereka memberikan semangat tersendiri bagi peserta lomba dan mencerminkan kesatuan masyarakat dalam mendukung syiar Islam.

Komitmen Pemimpin Daerah

Lurah Tanjung Piayu, Heruska Agustio yang juga turut hadir dalam acara tersebut, menyampaikan apresiasi terhadap semangat warganya. “MTQH bukan hanya sekadar ajang perlombaan, tetapi lebih dari itu, ini adalah momentum untuk mempererat ukhuwah Islamiyah dan menanamkan nilai-nilai Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Saya bangga melihat antusiasme dan persiapan matang dari Kelurahan Tanjung Piayu,” ujarnya.

Sekretaris Lurah Tanjung Piayu, Irwan, ST, juga memberikan pandangannya terkait penyelenggaraan MTQH tahun ini. Menurutnya, partisipasi aktif masyarakat dalam kegiatan berbasis keagamaan seperti ini mencerminkan kebersamaan dan kepedulian dalam melestarikan nilai-nilai Islam. “Kami berharap kegiatan seperti ini tidak hanya menjadi ajang kompetisi, tetapi juga dapat membentuk karakter masyarakat yang lebih baik,” tambahnya.

Kelompok Wanita Tani dan Kontribusinya

Selain berkontribusi dalam bidang keagamaan, masyarakat Kelurahan Tanjung Piayu juga aktif dalam pengembangan sektor pertanian dan pelestarian lingkungan. Salah satu kelompok yang berperan penting adalah Kelompok Wanita Tani, yang menerapkan sistem tumpang sari dalam bercocok tanam. Metode ini memungkinkan mereka untuk menanam berbagai jenis sayuran seperti sawi di atas lahan yang sudah ditanami tanaman lain, sehingga pemanfaatan lahan menjadi lebih optimal.

Di stand yang didirikan oleh masyarakat Tanjung Piayu dalam ajang MTQH ini, berbagai hasil pertanian lokal turut dipamerkan, termasuk cabai dan tanaman obat keluarga. Pameran ini tidak hanya menunjukkan keberhasilan mereka dalam bidang pertanian, tetapi juga menjadi inspirasi bagi masyarakat lain untuk lebih peduli terhadap ketahanan pangan berbasis lingkungan.

Batik Cindur: Warisan Budaya Melayu dari Sei Pancur

Tak hanya di bidang pertanian, Kelurahan Tanjung Piayu juga memiliki produk unggulan dalam bidang industri kreatif, salah satunya adalah Batik Cindur, yang diproduksi di Sei Pancur. Batik Cindur memiliki makna mendalam dalam budaya Melayu, di mana kata Cindur sendiri berarti kenang-kenangan atau oleh-oleh. Produk ini menjadi salah satu kebanggaan masyarakat setempat karena memiliki nilai budaya yang tinggi serta menggunakan bahan alami dalam proses pembuatannya.

Menurut Ibu Endang dan Ibu Eni, yang bertindak sebagai desainer dan pengrajin batik Cindur, batik ini dibuat dengan teknik cap dan menggunakan pewarna alami dari bakau dan daun jati. Keunikan ini menjadikan Batik Cindur sebagai produk yang ramah lingkungan sekaligus memiliki nilai estetika tinggi. Melalui stand yang didirikan dalam rangka MTQH, masyarakat dapat melihat langsung proses pembuatan batik ini dan memahami filosofi di balik motif-motif yang digunakan.

Membangun Generasi Qur’ani yang Cinta Lingkungan

Selain aspek keagamaan, tema MTQH ke-33 ini juga menekankan pada pentingnya menjaga keseimbangan alam dan lingkungan. Hal ini selaras dengan ajaran Islam yang mengajarkan manusia sebagai khalifah di bumi, yang bertanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan.

Beberapa program berbasis lingkungan yang dilakukan oleh masyarakat Tanjung Piayu di antaranya adalah gerakan menanam pohon, mengurangi penggunaan plastik, serta menjaga kebersihan lingkungan masjid dan mushola. Inisiatif ini mendapat apresiasi dari berbagai pihak dan diharapkan dapat menjadi contoh bagi wilayah lain.

Harapan ke Depan

Dengan semangat yang ditunjukkan oleh para peserta dan masyarakat, Kelurahan Tanjung Piayu optimis untuk meraih hasil terbaik dalam MTQH ke-33 ini. Lebih dari sekadar kompetisi, partisipasi dalam MTQH menjadi sarana untuk memperkuat karakter Islami di tengah masyarakat serta menanamkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan sebagai bagian dari ibadah.

MTQH ke-33 Kecamatan Sungai Beduk menjadi bukti nyata bahwa Al-Qur’an bukan hanya kitab suci yang dibaca, tetapi juga harus menjadi pedoman dalam menjalani kehidupan, termasuk dalam menjaga alam dan lingkungan sekitar. (Nursalim Tinggi Turatea).