Magnet Besar Ulama di Pilkada Aceh Dinilai Bawa Berkah Besar untuk Bustami-Fadhil

Jakarta : Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Aceh selalu menjadi ajang politik yang unik dan sarat dengan nuansa keislaman. Di tengah dinamika politik yang terus berkembang, ulama memiliki peran sentral sebagai salah satu kekuatan moral dan sosial yang paling dihormati. Tak heran, pasangan calon (paslon) yang mendapat dukungan dari ulama cenderung memiliki daya tarik besar di mata masyarakat. Fenomena ini menjadi sorotan dalam Pilkada Aceh, khususnya terkait pasangan Bustami-Fadhil, yang dinilai mendapatkan berkah besar dari dukungan para ulama terkemuka.Hal tersebut disampaikan ,Dr. Iswadi, M. Pd. kepada wartawan, Selasa 19 November 2024

Alumni Program Doktoral Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Jakarta tersebut mengatakan Aceh, sebagai wilayah yang dikenal dengan penerapan Syariat Islam, memiliki tradisi panjang dalam mengintegrasikan agama dengan politik. Di provinsi ini, ulama tidak hanya dipandang sebagai pemimpin spiritual, tetapi juga sebagai tokoh yang memiliki pengaruh besar dalam menentukan arah politik dan sosial masyarakat. Sejarah Aceh mencatat bagaimana ulama menjadi penjaga nilai-nilai keislaman sekaligus penggerak perubahan sosial.

Dalam konteks Pilkada, ulama sering kali menjadi penentu kemenangan pasangan calon. Masyarakat Aceh yang sangat menghormati ulama cenderung menjadikan rekomendasi mereka sebagai rujukan utama dalam memilih pemimpin. Oleh karena itu, dukungan ulama bukan hanya sekadar simbolis, tetapi juga memberikan legitimasi moral dan kepercayaan masyarakat terhadap paslon tertentu.

Akademisi yang juga politisi muda asal Aceh ini mengatakan Pasangan Bustami-Fadhil adalah salah satu kontestan yang berhasil menarik perhatian publik dalam Pilkada Aceh tahun ini. Keduanya dinilai sebagai figur yang merepresentasikan perpaduan antara pengalaman birokrasi dan visi keislaman yang kuat. Bustami, yang dikenal sebagai tokoh dengan rekam jejak pemerintahan yang solid, dipandang mampu menghadirkan perubahan struktural di Aceh. Sementara itu, Fadhil, yang memiliki latar belakang keagamaan yang kuat, menjadi figur yang mampu menghubungkan aspirasi masyarakat dengan nilai-nilai Syariat Islam.

Keberhasilan Bustami-Fadhil dalam meraih dukungan dari sejumlah ulama terkemuka menjadi salah satu poin strategis dalam kampanye mereka. Dukungan ini tidak hanya datang dari ulama lokal, tetapi juga dari tokoh-tokoh agama yang memiliki pengaruh di tingkat nasional. Para ulama ini secara terang-terangan memberikan dukungan mereka dengan alasan bahwa Bustami-Fadhil memiliki komitmen yang kuat untuk memajukan Aceh tanpa mengabaikan nilai-nilai Islam.

Dr. Iswadi, M.Pd. mengatakan Dukungan ulama terhadap Bustami-Fadhil dianggap sebagai berkah besar yang membawa dampak signifikan dalam meningkatkan elektabilitas pasangan ini. Magnet ulama mampu menarik perhatian masyarakat luas, khususnya di wilayah pedesaan yang masih sangat menjunjung tinggi tradisi keagamaan. Dalam berbagai survei yang dilakukan menjelang Pilkada, terlihat adanya lonjakan dukungan terhadap Bustami-Fadhil setelah beberapa ulama besar secara terbuka menyatakan dukungan mereka.

Fenomena ini menunjukkan betapa kuatnya peran ulama dalam membentuk opini publik. Masyarakat Aceh, yang cenderung memiliki kedekatan emosional dengan para ulama, merasa lebih yakin memilih Bustami-Fadhil karena adanya jaminan moral dari para tokoh agama tersebut. Dukungan ini juga berhasil menepis berbagai isu negatif yang sempat diarahkan kepada pasangan ini, karena ulama dianggap sebagai penyeimbang yang mampu memberikan pandangan objektif.

Masih menurut Dr. Iswadi, M.Pd. dukungan ulama juga membawa tantangan tersendiri bagi Bustami-Fadhil. Harapan masyarakat terhadap pasangan ini menjadi lebih besar, mengingat mereka kini dipandang sebagai calon yang mendapatkan restu moral dari ulama. Jika terpilih, Bustami-Fadhil harus mampu membuktikan bahwa mereka tidak hanya memanfaatkan dukungan ulama sebagai alat kampanye, tetapi benar-benar menjadikan nilai-nilai keislaman sebagai pedoman dalam kepemimpinan mereka.

Harapan masyarakat Aceh kepada Bustami-Fadhil mencakup berbagai aspek, mulai dari peningkatan kesejahteraan ekonomi, penguatan pendidikan berbasis Islam, hingga penegakan hukum yang adil dan berintegritas. Selain itu, masyarakat juga berharap pasangan ini dapat menjaga hubungan yang harmonis dengan ulama dan terus melibatkan mereka dalam proses pengambilan kebijakan, terutama yang berkaitan dengan pelaksanaan Syariat Islam.

Dr. Iswadi, M.Pd.menegaskan Dukungan ulama terhadap Bustami-Fadhil di Pilkada Aceh menjadi salah satu faktor penentu yang memberikan berkah besar bagi pasangan ini. Magnet besar ulama tidak hanya meningkatkan elektabilitas mereka, tetapi juga memperkuat legitimasi moral di mata masyarakat. Meski demikian, tantangan besar menanti jika mereka terpilih. Harapan masyarakat Aceh untuk memiliki pemimpin yang mampu mewujudkan visi keislaman dan memajukan daerah menjadi tugas berat yang harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab.

Ke depan, Bustami-Fadhil diharapkan mampu menjadi pemimpin yang tidak hanya memenuhi janji kampanye, tetapi juga membuktikan bahwa dukungan ulama bukan sekadar alat politik, melainkan amanah besar untuk membawa Aceh ke arah yang lebih baik. Dengan kolaborasi yang erat antara pemerintah, ulama, dan masyarakat, Aceh memiliki peluang besar untuk menjadi daerah yang tidak hanya maju secara ekonomi, tetapi juga menjadi teladan dalam pelaksanaan nilai-nilai keislaman.demikian pungkas Dr. Iswadi, M.Pd. (*)