oleh Lasmi Oyong
MabesNews.com, Dalam sebuah negeri yang kaya raya dengan sumber daya alam melimpah, sejatinya tidak ada ruang bagi kemiskinan. Namun, ironi terjadi di negeri ini. Kemakmuran hanya menjadi angan-angan bagi jutaan rakyat kecil yang harus hidup dalam kesulitan, sementara segelintir elite rakus terus memperkaya diri dengan menggerogoti uang negara. Mereka adalah koruptor, sosok yang paling sadis, tak berperasaan, dan penghancur masa depan bangsa.
Kerusakan Sistemik yang Disebabkan Korupsi
Korupsi bukan hanya soal mencuri uang negara. Dampaknya merasuk hingga ke akar kehidupan rakyat. Setiap rupiah yang dikorupsi berarti hilangnya kesempatan bagi rakyat miskin untuk mendapatkan akses pendidikan yang layak, fasilitas kesehatan yang memadai, serta infrastruktur yang aman dan nyaman.
Lihatlah jalan-jalan berlubang yang menjadi jebakan maut, sekolah-sekolah reyot tanpa fasilitas dasar, dan rumah sakit yang tak mampu menyediakan obat bagi pasien miskin. Semua ini adalah hasil dari praktik korupsi yang dilakukan oleh para pejabat dan elite yang seharusnya menjadi pelayan rakyat.
Sumber daya alam (SDA) kita yang melimpah—hutan, tambang, minyak, dan gas—dijarah tanpa kendali. Namun, hasilnya tidak pernah dirasakan oleh rakyat. Sebaliknya, alam hancur akibat eksploitasi berlebihan, bencana ekologis terjadi di mana-mana, dan kas negara tetap kosong. Pertanyaannya, ke mana uang itu mengalir? Jawabannya jelas: masuk ke kantong pribadi para koruptor.
Utang Negara dan Beban Pajak yang Menyesakkan
Ironi terbesar adalah, ketika SDA kita habis terkuras, negara justru terjebak dalam pusaran utang. Pemerintah terus-menerus menambah utang untuk menutup defisit anggaran yang sebagian besar disebabkan oleh praktik korupsi. Yang lebih menyedihkan, utang ini harus dibayar oleh rakyat.
Bagaimana caranya? Tentu saja dengan menaikkan pajak di hampir semua lini kehidupan rakyat. Pajak penghasilan, pajak kendaraan, pajak barang konsumsi, bahkan kebutuhan dasar seperti air dan listrik pun kena pajak. Beban pajak yang berlapis-lapis ini membuat hidup rakyat semakin sulit, sementara para koruptor tetap bebas menikmati kemewahan tanpa rasa bersalah.
Menghancurkan Masa Depan Generasi Muda
Korupsi bukan hanya merampas hak rakyat hari ini, tetapi juga menghancurkan masa depan generasi mendatang. Anggaran pendidikan yang dipangkas karena dikorupsi menyebabkan mutu pendidikan merosot. Generasi muda kehilangan akses ke pendidikan berkualitas, yang pada akhirnya membuat mereka sulit bersaing di kancah global.
Selain itu, korupsi dalam pengelolaan lingkungan menyebabkan kerusakan ekosistem yang tak dapat diperbaiki. Generasi mendatang tidak hanya mewarisi utang negara yang membelit, tetapi juga alam yang hancur dan sumber daya yang habis.
Memutus Mata Rantai Korupsi
Koruptor adalah musuh bersama yang harus dilawan oleh semua elemen bangsa. Tidak cukup hanya dengan menangkap dan memenjarakan para koruptor, karena akar masalahnya jauh lebih dalam. Perlu ada reformasi sistemik yang mencakup penegakan hukum yang tegas, transparansi dalam pengelolaan anggaran, serta pendidikan anti-korupsi sejak dini.
Rakyat juga harus lebih kritis dan berani bersuara. Jangan biarkan koruptor berlindung di balik kekuasaan dan jabatan. Media, aktivis, dan masyarakat sipil harus bersatu untuk mengawasi dan melaporkan praktik korupsi di semua tingkatan.
Korupsi Adalah Pengkhianatan Terbesar
Korupsi adalah pengkhianatan terbesar terhadap rakyat dan bangsa. Mereka yang melakukan korupsi bukan hanya mencuri uang negara, tetapi juga mencuri hak asasi manusia untuk hidup sejahtera. Oleh karena itu, hukuman bagi koruptor haruslah setimpal, bahkan lebih berat daripada pelaku kejahatan lainnya.
Jutaan rakyat menunggu keadilan ditegakkan. Saatnya kita bersatu melawan korupsi untuk menciptakan negeri yang bersih, adil, dan sejahtera. Jangan biarkan para koruptor terus tertawa di atas penderitaan rakyat. Korupsi harus dihentikan sekarang, atau masa depan bangsa ini akan benar-benar sirna.