MabesNews.com, Medan- Kerajinan dari serat alam memiliki peluang ekspor cukup besar, terutama karena meningkatnya kesadaran global akan keberlanjutan dan produk ramah lingkungan. Beberapa peluang dan strategi yang dapat dipertimbangkan.
Pertama potensi pasar. Negara dengan permintaan tinggi adalah Amerika Serikat, Eropa (Jerman, Prancis, Belanda), Jepang, dan Australia. Negara-negara ini memiliki konsumen yang menyukai produk handmade dan ramah lingkungan.
Hal itu diungkapkan Ketua Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI), Khairul Mahalli kepada media di Medan, Selasa 10/12/2024 seputar peluang ekspor kerajinan serat alam tangan.
Dia menyebutkan an segmen pasar dekorasi rumah, aksesoris fashion (tas, topi, dompet), dan perlengkapan sehari-hari (keranjang, tikar). Adapun keunggulan produk serat alam Indonesia.seperti enceng gondok, rotan, pandan, mendong, kelapa, dan agel.
“Sedangkan untuk sentuhan okal yakni motif tradisional atau desain etnik yang memiliki nilai artistik dan budaya tinggi produk berbasis serat alam dapat dipromosikan sebagai eco-friendly,” ujar Mahalli yang juga Ketua Umum Kadin Sumatera Utara ini.
TREN GLOBAL
Menurut dia gaya hidup hijau membuat konsumen mulai meninggalkan produk plastik dan mencari alternatif berbahan alami.
Desain minimalis semakin menarik. Bahkan produknya simpel, namun fungsional dengan warna netral dan tekstur alami sangat populer.
Mahalli mencontohkan customizable products tentu saja pelanggan menyukai produk yang dapat disesuaikan dengan preferensi mereka.
Menyinggung strategi ekspor, Ketua Umum Asdeki ini lebih lanjut mengatakan strategi ekspor kolaborasi dengan platform e-commerce internasional : Etsy, Amazon Handmade, Alibaba, atau eBay.
Termasuk kemitraan dengan brand global bekerjasama dengan perusahaan seperti IKEA, Muji, atau toko-toko lokal di negara tujuan.
Pameran internasional misalnya Ikut serta dalam pameran kerajinan seperti Ambiente (Jerman) atau Maison & Objet (Prancis).
“Bukan hanya itu sertifikasi ramah lingkungan (FSC, Fair Trade) akan dapat meningkatkan daya saing. Namun, tantangan tetap ada karena itu perlu solusi. Tantangan antara lain konsistensi kualitas, logistik, dan persaingan harga.Solusi : Pelatihan tenaga kerja, peningkatan teknologi produksi, dan diversifikasi desain.,” kata Mahalli.
Tantangan lain menurut Mahalli yakni keterbatasan bahan baku dan solusinya membangun kemitraan dengan petani atau penyedia bahan serat alam untuk memastikan pasokan stabil.
Tentang contoh produk potensial, Mahalli yang juga Ketua Umum Asdeki ini menyebutkan antara lain tas anyaman enceng gondok, keranjang rotan untuk dekorasi rumah, alas meja dari pandan atau mendongbdan lampu gantung berbahan agel.(tiar)