MABESNEWS.com, Jakarta – Dirjen Bea & Cukai Kementerian Departemen Keuangan, Askolani mengatakan sejak awal tahun 2023 memang terasa perlambatan perdagangan global yang berimbas menurunnya ekspor Indonesia.
“Demand dunia menurun sehingga ekspor Indonesia terkena imbasnya melambat,” kata Askolani saat berbicara dengan Ketua Umum DPP Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI), Khairul Mahalli di Jakarta, Kamis 27/4/2023.
Sebelumnya Mahalli memprediksi bahwa kelihatannya ekspor Indonesia 2023 akan menurun. Hal ini dilihat dari realisasi 3 bulan terakhir yang hanya mencapai 67,21 miliar dolar AS. Dalam kesempatan itu Mahalli juga meminta saran Dirjen agar ekspor bisa meningkat.ke depan.
Dirjen Bea Cukai mengakui permintaan dunia sudah terlihat dari industri di Banten, Jabar, Jateng, dan Jatim yang minggu lalu diskusi langsung dengan para pelaku usaha.
” Kuncinya memang perbaikan ekonomi Amerika, Eropa, dan China. Impor juga melambat,” ujar Askolani seraya menambahkan akan terus konsisten memberikan fasilitas untuk kegiatan di kawasan ekonomi, perbaikan pelayanan ekspor, dan dukungan pada UMKM.
“Kami juga siap untuk terus berkoordinasi dengan para pelaku usaha untuk bisa menjawab bersama tantangan tersebut,” ujar Askolani seraya mengatakan nanti bisa dibuat forum koordinasi update mengenai hal itu.
Tak cuma itu, Dirjen Bea Cukai menurut Mahalli juga meminta kalau ada tanggapan teman-teman agar ekspor kita bisa menembus AS$ 300 miliar tahun 2023 ini.
Hal senada diungkapkan Warsito, Staf Ahli Menteri Perindustrian atas pertanyaan Ketum DPP GPEI itu.Melemahnya pasar Eropa, juga mendorong perlambatan kinerja ekspor Indonesia.
” Kami Kemenperin telah melakukan mitigasi dampak tersebut terhadap industri padat karya yang berorientasi ekspor,” katanya.
Dalam percakapan dengan Mahalli, Warsito menjelaskan bahwa beberapa hal pemerintah telah lakukan sejak pertengahan tahun 2022 dengan optimalisasi pasar domestik melalui program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) dan juga melakukan program restrukturisasi mesin.
Sementara itu, Ketum DPP GPEI ini juga sempat berbincang- bincang degan Deputi Kementerian Investasi/BKPM, Yuliot. Mahalli mengatakan setelah pencanangan Online Single Submission (OSS) oleh Presiden dan Menteri Investasi/Kepala BKPM tanggal 9 Agustus 2021, banyak kemajuan yang dirasakan pengusaha dan ekspor mencapai AS$ 292 miliar tahun 2022, tertinggi sepanjang sejarah.
“Sedangkan realisasi ekspor tahun 2023 dalam tiga bulan terakhir baru mencapai AS$ 67,21 miliar, kelihatannya perlu kerja keras agar tahun 2023 ini ekspor kita bisa terus meningkat,” ucap Mahalli yang juga Ketum KADIN Sumatera Utara ini.
Yuliot menambahkan peningkatan ekspor tetap dapat ditingkatkan terutama dari kegiatan investasi bernilai tambah didalam negeri seperti hilirisasi, dan produk teknologi dan kebutuhan dasar masyarakat global seperti sandang dan pangan.
Melengkapi apa yang disampaikan Bapak Warsito, Staf Ahli Kementerian Perindustrian, Kementerian Investasi/BKPM melakukan kebijakan khusus untuk mendukung investasi yang berorientasi ekspor. Misalnya investasi di bidang kendaraan listrik sudah mulai beroperasi dan beberapa kendaraan listrik yang dibuat di Indonesia sudah diekspor.
“Kita juga terus berupaya agar investor asing merasa nyaman melakukan usaha di Indonesia dengan bekerjasama dengan perusahaan dalam negeri, termasuk BUMN,” katanya.
Bukan hanya itu lanjut Yuliot penyediaan lahan untuk kegiatan usaha akan terus dibantu pemerintah. Saat ini Pemerintah melakukan Penataan lahan dan penataan investasi untuk optimalisasi pertumbuhan ekonomi termasuk ekspor. Ada sekitar 200 ribu hektar lahan yang hak usahanya sudah berakhir dan Pemerintah sedang menyusun program terbaik tentang penggunaan lahan ini.
Dalam kesempatan itu Mahalli menanyakan kira-kira investasi di bidang apa yang bisa mendongkrak ekspor kita tahun 2023 ini?
“Investasi kendaraan listrik di Batang, Jawa Tengah diharapkan bisa meningkatkan ekspor kita di samping berbagai investasi yang sudah berjalan selama ini,” jelas Yuliot. (tiar)