MABESNEWS.COM | Medan – Bank Sentral Amerika Serikat atau The Fed kembali menaikkan bunga acuan sebesar 25 basis poin. Angka ini lebih kecil dibandingkan kenaikan sebelumnya sebesar 50 basis poin.
Kenaikan bunga acuan tersebut memang melambat, tetapi sinyal kenaikan bunga acuan ke depan masih berpeluang terjadi. Terlebih The Fed sendiri menyatakan terlalu prematur untuk mengatakan perang terhadap inflasi sudah selesai.
Lantas bagaimana kinerja pasar saham ? Pengamat ekonomi Gunawan Benyamin menyebutkan pasar saham saat menjelang keputusan The Fed dan setelah kebijakan The Fed mengalami penguatan.
Lihat saja Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG pada akhir pekan kemarin ditutup naik 0.31% di level 6.911,73. Sementara mata uang rupiah diperdagangkan di kisaran Rp14.090 per US Dolar pada perdagangan sore harinya kemarin.
“Tren rupiah juga menguat terhadap US Dolar, seiring dengan penurunan USD Index yang sempat tertekan di kisaran 101,” kata Benyamin kepada media ini, Sabtu 04/02/2023.terkait kenaikan bunga The Fed.
Menyinggung harga emas, pengamat pasar keuangan ini menyebutkan mengalami tekanan cukup dalam setelah The Fed menaikkan bunga acuannya.
Harga emas saat ini diperdagangkan melemah dikisaran $1.864 per ons troy. Seiring masih ada peluang kenaikan suku bunga The Fed yang menjadi katalis bagi penguatan US Dolar terhadap harga emas.
“Tapi dengan penurunan harga emas dunia saat ini, maka harga emas dalam rupiah mengalami penurunan di kisaran harga 860 ribuan per gramnya. Ini momen tepat untuk mengkoleksi emas. Saya melihat tren kinerja harga emas ke depan dalam jangka menengah panjang berpeluang untuk tetap menguat,” ucap Benyamin.
Koreksi yang terjadi menurut dia pada harga emas saat ini merupakan koreksi yang sehat. Artinya sangat tepat jika dimanfaatkan untuk melakukan akumulasi atau pembelian emas. Sekalipun suku bunga acuan The Fed saat ini mengalami kenaikan. Tetapi dalam jangka pendek akan terlihat nantinya suku bunga acuan berhenti di level tertentu untuk waktu yang cukup lama.
“Jadi pelemahan harga emas saat ini sangat menjanjikan adanya potensi pembalikan arah, meskipun koreksi dalam jangka pendek ke $1.800 per ons troy masih cukup terbuka. Saya memprediksi tren pelemahan harga emas ini sangat terbatas. Terlebih tensi geopolitik belakangan ini kian meruncing. Plus laju tekanan inflasi tahun ini masih cukup tinggi,” kata Benyamin.(bachtiar)