MabesNews.com, PEREMPUAN berasal dari kata “empu” kemudian direfleksikan dengan kata “an” dan “pe”. “Empu” artinya dihargai. Maka sepantasnya perempuan selalu dihargai, bukan didiskrininasi.
Bahkan filsuf Jerman, Fredrich William Nitzhe menggambarkan perempuan sebagai kebenaran. “Barangkali, kebenaran itu adalah seorang perempuan yang terbentuk untuk tidak memperlihatkan dasarnya,” jelasnya.
Pernyataan Nietzsche ini adalah cara metaforis dan provokatif untuk mendorong berpikir kritis tentang hakikat kebenaran, pengetahuan, dan cara perspektif dan pengalaman kita membentuk pemahaman kita tentang dunia.
Dalam dunia Islam, Rasulullah saw dalam hadisnya menyatakan bahwa “Perempuan adalah tiang negara. Jika baik perempuannya, maka baiklah negaranya, dan jika rusak, maka rusak pula negaranya”.
Perempuan adalah pendidik untuk anak-anaknya, pelipur bagi suami, dan penyemangat bagi yang lain. Dari mereka inilah lahir para pemimpin dan penerus bangsa masa depan.
Dengan kata lain, nasib bangsa ini tidak semata bergantung pada seperti apa pemimpin/penguasa negaranya, tetapi lebih pada bagaimana keadaan kaum perempuannya.
Ketika perempuan dirusak, maka anak-anak akan rusak, keluarga berantakan, dan masyarakat tidak aman, sehingga akan mengganggu ketertiban Negara. Maka runtuhlah peradaban suatu bangsa!
Dari sini kita dapat membayangkan bahwa tugas perempuan tidak ringan. Negara menjadi taruhannya. Maka hormatilah. Bukan semata karena tercipta dari tulang rusuk lelaki, tapi karena apa yang telah mereka berikan kepada umat manusia.
Bagaimana menurut Anda? (Nursalim Turatea)
_____
ILUSTRASI AI courtesy Ramon Damora