Jika Jadi Mendikbud Dr. Iswadi Akan Menghidupkan Kembali UN

Mabesnews.com l Jakarta – Ketua Umum Solidaritas Pemersatu Bangsa Indonesia (SPBI) Dr. Iswadi, M.Pd menyebutkan jika dirinya dipercaya untuk Mendikbud oleh Presiden maka dia akan menghidupkan kembali Ujian Nasional (UN).

Hal itu disampaikannya, kepada wartawan, Minggu 8 September 2024.

Menurut Akademisi berdarah Aceh ini, yang juga seorang akademisi dan tokoh pendidikan terkemuka, dirinya digadang gadang oleh banyak pihak untuk diangkat menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Namanya, digadang-gadang masuk kedalam bursa calon Mendikbud.

Ia menyampaikan visi ambisiusnya untuk menghidupkan kembali Ujian Nasional (UN).

Langkah ini mengejutkan banyak pihak, mengingat UN telah dihapus beberapa tahun lalu oleh pemerintah sebelumnya, yang beralasan bahwa ujian tersebut lebih banyak menimbulkan tekanan bagi siswa daripada memberikan manfaat nyata.

Dr. Iswadi meyakini bahwa UN, jika dirancang dengan baik, bisa menjadi alat evaluasi yang efektif untuk mengukur pencapaian pendidikan secara nasional.”Kita perlu memiliki standar nasional yang jelas untuk memastikan bahwa setiap siswa, dari Sabang hingga Merauke, mendapatkan pendidikan yang setara dan berkualitas,” ujarnya.

Menurut Alumni Program Doktoral Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Jakarta tersebut penghapusan UN justru menyebabkan kesenjangan antarwilayah dalam hal kualitas pendidikan semakin besar.

Sekolah-sekolah di daerah maju cenderung lebih unggul, sementara daerah terpencil tertinggal tanpa alat ukur yang jelas.

Namun, ia menekankan bahwa UN yang dihidupkannya bukanlah seperti yang dulu. Ia merencanakan reformasi besar-besaran dalam metode pelaksanaannya.

“Salah satu perubahan yang paling signifikan adalah bahwa ujian ini tidak lagi menjadi penentu kelulusan,” katanya.

Sebaliknya, UN akan digunakan untuk memetakan mutu pendidikan di berbagai wilayah dan sebagai bahan masukan bagi kebijakan pendidikan yang lebih adil dan merata. tambahnya.

Selain itu, lanjutnya format UN juga akan lebih bervariasi, dengan penekanan pada kemampuan berpikir kritis, analisis, dan pemecahan masalah.

“Ini bertujuan untuk mengurangi praktik belajar hafalan yang sering terjadi di sekolah,” sebutnya.

Dr. Iswadi pun optimis bahwa dengan pengelolaan yang baik, UN dapat menjadi pendorong peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia tanpa menambah beban berlebihan bagi siswa. (rel/*)