Integrasi Fisika Nuklir, Metafisika dan Sufistik dalam Moderasi Agama : Transformasi Diri dari Manusia Semu Menuju Manusia Sejati, Kesadaran Wahdatul Wujud dan Kedekatan dengan Allah” 

Prov. Sumut82 views

Oleh : Kh. Dr. Muhammad Sontang Sihotang, S.Si., M.Si-

Abstrak – Tulisan bagian pertama ini mengkaji integrasi antara fisika nuklir, metafisika, dan sufistik dalam konteks moderasi agama dan transformasi spiritual.

———————————————————–

MabesNews.com- Medan-Dengan memanfaatkan konsep-konsep ilmiah seperti fisi, fusi, & God Particles (Higgs Boson), penulis berupaya menjelaskan bagaimana proses-proses ilmiah ini dapat digunakan sebagai analogi untuk memahami perjalanan spiritual (kerohanian) dari manusia semu menuju manusia sejati.

Fisi, yang menggambarkan penghancuran inti atom menjadi partikel yang lebih kecil, diinterpretasikan sebagai penghancuran ego atau nafsu dalam sufistik, sementara fusi, yang menggabungkan dua inti atom menjadi satu, dihubungkan dengan penyatuan sifat-sifat Ilaahi dalam diri manusia (Krane, 1988; Al-Jilli, 1983).

Metafisika, sebagai cabang filsafat yang mengeksplorasi keberadaan & realitas, memainkan peran penting dalam menjembatani kesenjangan antara ilmu pengetahuan & spiritualitas.

Ontologi dalam metafisika membantu memahami bahwa dunia fisik hanyalah sebagian dari realitas yang lebih besar, sementara epistemologi dalam sufistik menekankan pentingnya pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman langsung (Heidegger, 1962; Ibn Arabi, 1980).

Integrasi ini juga menekankan pentingnya moderasi agama, yang berfungsi sebagai landasan untuk menjaga keseimbangan antara ilmu pengetahuan & spiritualitas. Dalam kehidupan sehari-hari, moderasi agama membantu individu menjalani kehidupan yang lebih seimbang & harmonis, menggabungkan pengetahuan ilmiah dengan nilai-nilai spiritual (Ibn Arabi, 1980).

Selain itu, tulisan ini menunjukkan bahwa praktik spiritual seperti zikir, tafakkur & tazakkur memiliki peran sentral dalam mencapai maqom musyahadah (penyaksian) & mukasyafah (pengungkapan rahasia Ilaahi). Praktek-praktek ini membantu individu mencapai kesadaran penuh akan kehadiran Alloooh dalam setiap aspek kehidupan & memperdalam pemahaman tentang hubungan antara penciptaan & Sang Pencipta (QS. Al-Baqarah: 152; Heidegger, 1962).

Melalui kajian ini, penulis berharap dapat memberikan kontribusi teoretis yang memperluas wawasan tentang hubungan antara ilmu pengetahuan & spiritualitas, serta memberikan panduan praktis untuk menjalani kehidupan yang lebih bermakna & moderat.
Dengan demikian, kajian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi individu yang ingin menggabungkan pengetahuan ilmiah dengan pendekatan spiritual dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Kata Kunci: Fisika Nuklir, Metafisika, Sufistik, God Particles, Moderasi Agama, Penyucian Diri, Transformasi Spiritual

Bab 1: Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah Penulisan/Kajian

Dalam era globalisasi yang semakin maju, perkembangan ilmu pengetahuan & teknologi telah memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang alam semesta. Fisika nuklir, khususnya, telah membuka pintu pemahaman manusia terhadap partikel-partikel terkecil di alam semesta, seperti Higgs Boson atau yang sering disebut sebagai God Particles (CERN, 2012).

CERN adalah Council European for Research Nuclear yang merupakan salah satu pusat penelitian fisika partikel terbesar di dunia yang terkenal dengan akselerator partikel seperti Large Hadron Collider (LHC).
Penemuan ini membantu kita memahami bagaimana partikel memperoleh massa, yang pada akhirnya membentuk seluruh alam semesta yang kita kenal (Krane, 1988).

Di sisi lain, spiritualitas, khususnya dalam tradisi sufistik, tetap menjadi fondasi penting bagi kehidupan manusia. Sufistik menekankan perjalanan batin menuju penyucian diri & kedekatan dengan Alloooh SWT. Konsep-konsep seperti tazkiyatun nafs (penyucian jiwa) & tasfiyah al-qulub (penyucian hati & matahati) menjadi landasan dalam mencapai maqom musyahadah (penyaksian) & mukasyafah (pengungkapan rahasia-rahasia Ilaahi) (Al-Jilli, 1983).

Meskipun fisika nuklir & sufistik mungkin tampak berada di dua kutub yang berbeda, integrasi antara ilmu pengetahuan, teknologi, sosial, seni & spiritualitas (ipteks) memberikan pandangan yang lebih holistik tentang realitas. Metafisika, sebagai cabang filsafat yang mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan tentang keberadaan & realitas, membantu menjembatani kesenjangan antara pengetahuan ilmiah & spiritualitas (Heidegger, 1962).

Dalam konteks ini, konsep-konsep fisika nuklir & sufistik saling melengkapi, memperkaya pemahaman kita tentang keberadaan & tujuan hidup yang lebih mendalam.Selain itu, moderasi agama menjadi prinsip yang penting untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Moderasi agama mengajarkan keseimbangan antara ilmu pengetahuan, teknologi, sosial, seni & spiritualitas (ipteks), sehingga manusia tidak hanya terfokus pada salah satu aspek saja, tetapi juga mampu mengintegrasikan keduanya dalam kehidupan yang seimbang & harmonis (Ibn Arabi, 1980).

“Sebagaimana dinyatakan dalam ajaran Islam, Awwaluddin Ma’rifatullah—awal dari agama adalah mengenal Alloooh. Pengenalan terhadap Alloooh (ma’rifatullah) merupakan fondasi dari seluruh kehidupan spiritual seorang Muslim. Dalam konteks ini, zikir, penyucian diri, dan perjalanan spiritual semuanya bermuara pada tujuan akhir ini: mengenal dan mendekatkan diri kepada Alloooh. Oleh karena itu, kajian ini dimulai dengan prinsip dasar ini, yang akan menjadi landasan bagi seluruh pembahasan yang akan diuraikan lebih lanjut.”

Kh DR Muhammad Sontang Sihotang, S.Si,MSi adalah Mudir Jatman Idaroh Wustho Sumatera Utara, Mantan Wartawan Kampus “SUARA USU & BINTANG SPORT FILM, & Kepala Laboratorium Fisika Nuklir FMIPA USU-Medan.

(Tulisan ini disajikan @ Focus Group Discussion (FGD) “Moderasi Agama Dalam Bidang Aqidah & Syariah” (Antara Ulama Salafi Wahabi & Tarekat Aswaja), di Café Babussalam, Jl.SM.Raja No.70, Simpang Limun (Samping Royal Café) Medan (28 Agustus 2024). (bay)