MabesNews.com, “DAN mereka yang terlihat menari dianggap gila oleh mereka yang tidak bisa mendengar musiknya,” demikian kutipan yang berasal dari The Gay Science , salah satu karya filsuf Nietzsche yang paling terkenal.
Gagasan-gagasan para filsuf modern, kerap tidak nyaman di telinga para penjaga status quo: kedengaran “subversif” bagi rezim politis, bahkan “sinting” bagi mediocrity.
Namun merekalah yang membuka jalan bagi kebebasan berpikir. Tanpa mereka, kiranya orang tak pernah berani secara rasionl mendekati misteri manusia, masyarakat, dunia, dan tuhan seperti yang kini berkembang dalam berbagai ilmu modern.
F Budi Hardiman, dalam bukunya, “Pemikiran Modern: dari Machiavelli sampai Nietzsche” menulis:
Sains, teknik, ekonomi kapitalistis, negara hukum dan demokrasi modern berpangkal dari sebuah pemahaman filosofis yang lalu menjadi elemen modernitas kita, yakni: subjektivitas (rasionalitas), idea kemajuan (the idea of progress) dan kritik.
Para filsuf modern tersebut, mengembangkan ketiga elemen kesadaran modern itu dalam berbagai ajaran, mulai dari humanisme Renaisans, rasionalisme, empirisme, kritisisme, idealisme, materialisme, romantisme dan positivisme.
Para intelektual apalagi calon pemimpin, sudah selayaknya membaca buku ini. Agar isi kepalanya penuh dengan ide. Daripada sibuk menggalau di medsos, menebar gimik penuh drama untuk cari perhatian. Mau jadi pemain sinetron?!
Bagaimana menurut Anda? (Nursalim Turatea)
_______
PEMIKIR: Wali Kota Batam/Kepala Badan Pengusahaan Batam H Muhammad Rudi (HMR), saat memberi ucapan selamat kepada istrinya, Wakil Gubernur Kepulauan Riau Hj Marlin Agustina, usai diwisuda dengan gelar Sarjana Hukum dari Universitas Riau Kepulauan, Kota Batam, belum lama ini. Pemimpin selalu memiliki tradisi berpikir.