MabesNews.com, SETIAP orang ada masanya, dan setiap masa ada orangnya. Namun tak semua orang mampu jadi pemimpin (dalam arti luas), dan tak semua pemimpin membawa masa keemasan. Apalagi masih dibicarakan hingga berabad setelahnya.
Alexander Agung lebih terkenal dari Makedonia, begitu juga Muhammad Al Fatih daripada Usmaniyah, Genghis Khan daripada Mongolia, Harun Ar-Rasyid daripada Abbasiyah, dan seterusnya. Padahal mereka hidup di zaman itu.
Mereka bermental perintis bukan pewaris. Mereka inovator, bukan impostor. Orang-orang atau para pemimpin hebat ini adalah manusia langka yang jarang bisa dilanjutkan oleh penerusnya sekalipun. Masa keemasan pun sulit terulang.
Itulah mengapa setelah Genghis Khan wafat, kekaisaran besar Mongolia terbelah menjadi empat khanat atau kerajaan, yaitu Dinasti Yuan (China), Ilkhanate (Persia), Kekhanan Chagatai (Asia Tengah), dan Golden Horde (Rusia).
Juga Kekhalifahan Abbasiyah pecah dan mengalami kemunduran setelah Harun Al-Rasyid tiada. Yang lebih parah dialami Makedonia. Kerajaan yang punya wilayah penaklukan yang luas ini runtuh setelah Alexander Agung meninggal.
Mengapa masa kejayaan sulit terulang? Sejarawan sepakat, selain karena “faktor alam”, juga karena tak semua orang mampu memimpin. Ditambah lagi para pemimpin hebat itu tidak menyiapkan penerusnya.
“Sejarah terbentuk dari siklus. Riwayat berputar seperti roda gerobak sapi. Masa baik datang, tapi nanti masa buruk menggantikan. Bila itu terjadi, bagaimana pun baiknya manusia, malapetaka tak akan terelakkan,” tulis sastrawan Goenawan Mohammad.
Bagaimana menurut Anda? (Nursalim Turatea).