MabesNews.com, Jakarta-Presiden Jokowi dan Presiden Tanzania menyatakan sepakat tujuh butir kerja sama di berbagai sektor pada 22 Agustus 2023 lalu.
Sejumlah nota kesepahaman tersebut ditandatangani antara Indonesia dan Tanzania pada “the first Indonesia-Tanzania Business and Investment Forum di Hotel.Mulia Jakarta, Kamis 25/1/2024.
Kegiatan ini berkoordinasi dengan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), Tanzania Chamber of Commerce, Industry and Agriculture (TCCIA, Tanzania Investment Centre (TIC), dan Tanzania Private Sector Foundation (TPSF).
Demikian diungkapkan Ketua Umum DPP Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesi (GPEI) Khairul Mahalli, yang juga salah seorang delegasi dari Indonesia kepada media ini melalui telepon selular dari Jakarta tadi petang.
Adapun Nota Kesepahaman antara Indonesia dan Tanzania meliputi
1. Nota Kesepahaman Pembentukan Komisi Bersama untuk Kerja Sama Bilateral,
2. Perjanjian Bebas Visa bagi Pemegang Paspor Diplomatik dan Dinas,
3. Kerja Sama Kesehatan.
4.Kerja Sama dalam Sektor Energi,
5. Kerja Sama Ketenagalistrikan antara PLN dengan Tanzania Electric Supply Company (TANESCO).
6. Nota Kesepahaman antara MIND ID dan State Mining Corporation (STAMICO) Tanzania, 7. Nota Kesepahaman mengenai Kegiatan terkait Rantai Nilai Bisnis Minyak dan Gas antara Pertamina dan Tanzania Petroleum Development Corporation (TPDC). Dalam pertemuan bilateral antara Indonesia dan Tanzania, 22 Agustus 2023.
1. Indonesia mendorong dibentuknya Preferential Trade Agreement untuk semakin mengoptimalkan potensi perdagangan bilateral kedua negara yang tahun 2022 naik 20,7 persen.
2. Indonesia ingin meningkatkan investasi di Tanzania termasuk pengelolaan Blok Gas Mnazi Bay oleh BUMN Indonesia, serta pengelolaan gas alam menjadi bahan kimia dan pupuk.
Kerja sama ini sangat strategis dan akan memperkokoh kerja sama antarnegara berkembang. Selain itu, juga mengusulkan dibentuknya Bilateral Investment Treaty untuk menjamin perlindungan dan kelangsungan investasi kedua negara.
3. Indonesia berkomitmen menjadi bagian dalam membangun ketahanan kesehatan Tanzania. Perusahaan farmasi Indonesia akan mengekspor produk perdananya di Tanzania, sebagai bentuk kontribusi memenuhi kebutuhan produk farmasi di Tanzania.
4. Indonesia akan melakukan walk the talk mewujudkan kolaborasi konkret dengan Afrika. Indonesia sedang merampungkan grand design pembangunan lima tahun ke depan untuk Afrika dan salah satunya melalui rencana revitalisasi Farmer’s Agriculture and Rural Seperti diketahui melihat kilas balik kedua negara ini tercatat bahwa Indonesia dan Tanzania menjalin hubungan diplomatik pada 13 Januari 1965.
1. Hubungan kedua negara sebagian besar terjadi di sektor pertanian, dimana Indonesia memberikan pelatihan bagi petani Tanzania.
2. Pada tahun 2011 kedua negara membentuk Indonesia-Tanzania Joint Agriculture Cooperation Committee (JACC), sebagai wahana untuk meningkatkan kerja sama sektor pertanian, seperti peningkatan kapasitas melalui pelatihan, penelitian bersama, dan perluasan akses pasar produk pertanian.
3. Indonesia memiliki kedutaan besar di Dar es Salaam. Sejak tahun 2023, Tanzania telah membuka kedutaan besar di Jakarta.[4] Kedua negara adalah anggota organisasi multilateral seperti Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), Kelompok 77 dan Gerakan Non-Blok.
Hubungan bilateral Indonesia dan Tanzania terjalin pada tahun 1965. Pada bulan April 2005, Wakil Presiden Tanzania, Dr. Ali Mohammed Shein mengunjungi Indonesia untuk memperingati 50 tahun Konferensi Asia-Afrika di Bandung.
Menteri Pertanian Indonesia Anton Apriantono mengunjungi Tanzania pada bulan April 2007, dibalas pada bulan September 2007 oleh mitranya, Menteri Pertanian Tanzania mengunjungi Indonesia, yang juga menandatangani MoU tentang Pembentukan JACC (Joint Agricultural Cooperation Committee).
Kanselir kedutaan baru untuk Tanzania telah resmi dibuka di Jakarta sejak tahun 2023. Gedung tersebut telah selesai dibangun sejak tahun 2022 dan resmi dibuka pada tahun 2023 oleh Retno Marsudi dan Dr Stergomena Tax. Presiden Indonesia Suharto dan Joko Widodo masing-masing mengunjungi Tanzania pada tahun 1991 dan 2023.
Pemerintah Indonesia telah menyatakan minatnya untuk membuat perjanjian perdagangan preferensial antara kedua negara. Pada tahun 2022, ekspor Indonesia ke Tanzania berjumlah 74 juta USD, dipimpin
oleh minyak sawit dan turunannya, sedangkan ekspor Tanzania ke Indonesia berjumlah 28 juta USD, terutama cengkeh, kakao, dan tembakau.
Hubungan kedua negara sebagian besar menekankan pada sektor pertanian. Pada tahun 1996 Indonesia mendirikan Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Petani (FARTC) di Mkindo, Morogoro, Tanzania,
di mana para ahli pertanian Indonesia memberikan pelatihan bagi para petani Tanzania.
Namun karena kebijakan penghematan, program ini dihentikan pada tahun 2004. Pada tahun 2007 Menteri Pertanian Tanzania mengunjungi mitranya di Indonesia, meminta dilanjutkannya program FARTC. Pada bulan Maret 2011, Pemerintah Indonesia mengaktifkan kembali FATC.[2] Bagi Indonesia, bantuan pertanian untuk Tanzania ini dilatarbelakangi oleh kerja sama Selatan-Selatan dan solidaritas Gerakan
Non-Blok, yang mendorong kemandirian kolektif khususnya dalam ketahanan pangan.(tiar/ril)