MabesNews.com, Bagan Sinembah (Rokan Hilir) Selamat pagi, sahabat pembaca! – Di tengah embun pagi yang menyejukkan, ada luka yang tak terlihat. Luka dari pengkhianatan sahabat, yang seperti pisau tajam menusuk jantung kepercayaan. Kisah ini bukan sekadar tentang persahabatan retak, tapi juga tentang perjuangan melawan ketidakadilan sistem yang melindungi “kebenaran palsu”.
Saat Sahabat Menjadi Musuh dalam Selimut.
“Penghianatan seorang sahabat itu sakit, lebih dari sekadar dikhianati musuh,” tulis seorang korban dalam suratnya, kepada media ini, Sabtu Pukul: 08:00.WIB (08/02/2025)
Kisah ini bermula dari persahabatan yang dirajut sejak masa sulit. Mereka berbagi tawa, air mata, bahkan rahasia terdalam. Namun, ketika kekuasaan dan ambisi merasuk, putihnya persahabatan berubah menjadi hitam kelam, ucapnya.
Ketika Hukum dijadikan mainan oknum, tak hanya dalam persahabatan personal, pengkhianatan juga merambah ranah profesional. Sebuah organisasi yang dibangun sejak 1998 dengan visi mulia, tiba-tiba dihancurkan oleh orang-orang yang dahulu ikut berjuang. “SK (Surat Keterangan) yang seharusnya menjadi pelindung, justru dijadikan senjata untuk menguasai hak kami,” ujar pendiri organisasi tersebut.
Mereka yang dulu bersama-sama menghadapi risiko, kini menggunakan kekuasaan untuk “Mengubur,” keabsahan organisasi, jelasnya.
Padahal, hukum seharusnya menjadi tameng, bukan alat untuk melindungi kepentingan pribadi.
“Hukum tidak bisa dilindungi oleh oknum. Kebenaran harus ditegakkan, meski harus melalui pertarungan berdarah,” tegasnya.
Pelajaran dari Luka: Bangkit atau Tenggelam? Pengkhianatan sahabat mengajarkan kita untuk lebih hati-hati.
Pertama, tak semua orang layak dipercaya. Seperti kata pakar, “Sahabat pengkhianat punya seribu cara untuk menutupi niat buruknya” .
Kedua, memaafkan bukan berarti melupakan. Proses ini membutuhkan waktu dan kesadaran bahwa tidak semua hubungan layak diperbaiki .
Di sisi lain, pengkhianatan dalam organisasi mengingatkan kita bahwa integritas adalah harga mati.
“Kalian berdiri untuk kemandirian, bukan merampas hak orang lain. Tapi kini, mereka yang di percaya justru membalikkan fakta,” ungkap salah satu pengamat pegiat anti rasuah, yang bujur melintang secara organisatori di berbagai organisasi dan kelembagaan baik tingkat daerah maupun pusat.
Pesan untuk Para Pengkhianat!
“Jika dihianati, kuasa yang kugenggam akan kubuka untuk menegakkan kebenaran,” ujar sang pendiri organisasi.
Pesan ini bukan ancaman, tapi peringatan:
“Kebenaran tak bisa dikubur selamanya”.
Bagi para korban pengkhianatan, psikolog Jeanne Safer menyarankan,
“Akui rasa sakitmu, lalu pilih, memaafkan atau melepas. Yang penting, jangan biarkan luka itu meracuni masa depanmu”.
Dari puing-puing pengkhianatan, lahirlah kekuatan baru. Pengkhianatan mungkin menghancurkan hati, tapi dari reruntuhannya, kita belajar untuk lebih bijak. Seperti kata pepatah,
“Sahabat sejati bukan yang selalu bersama, tapi yang tetap setia meski berjauhan”.
Untuk para pengkhianat, ingatlah:
“Kebaikan palsu akan terbongkar, dan hukum alam akan bekerja untuk mereka yang bersabar.”
Selamat berjuang, sahabat. Kebenaran mungkin terlambat, tapi ia pasti datang.
Sumber Inspirasi: Sang Pendiri.
Kontributor: Arjuna Sitepu.