Mabesnews.com l Jakarta – Ketua Umum Solidaritas Pemersatu Bangsa Indonesia (SPBI) Dr. Iswadi, M.Pd mengatakan Bustami Hamzah dan Tusop sebagai sosok yang rendah hati atau low profile. Dalam konteks ini, rendah hati merujuk pada sikap yang tidak ingin menonjolkan diri meskipun memiliki prestasi atau kemampuan yang luar biasa.
Sifat ini membuat seseorang terlihat sederhana dan lebih fokus pada kerja dan kontribusi nyata dibandingkan dengan pengakuan atau penghargaan dari orang lain. Bustami Hamzah dan Tusop, jika dilihat dari pernyataan ini, kemungkinan dikenal sebagai individu yang berprestasi atau berpengaruh di bidang mereka, namun tetap menunjukkan kerendahan hati dalam kehidupan sehari-hari.
Sikap low profile seperti ini sering dihargai karena menunjukkan integritas dan keaslian pribadi. Hal tersebut disampaikan , Dr. Iswadi, M. Pd. kepada wartawan, Jumat 6 September 2024
“Bustami Hamzah dan Tusop memang sering disebut-sebut sebagai dua sosok yang memiliki karakter low profile dan dianggap memiliki kemampuan yang tepat untuk memimpin Aceh. Keduanya memiliki latar belakang yang kuat dalam pelayanan masyarakat dan dinilai memahami dengan baik kultur serta kebutuhan daerah. Bustami Hamzah Bustami Hamzah dikenal sebagai tokoh yang rendah hati dengan rekam jejak yang panjang dalam berbagai jabatan publik. Sebagai pemimpin yang bijaksana, ia sering menunjukkan kesederhanaan dalam gaya hidupnya, yang membuatnya sangat dihormati oleh berbagai kalangan di Aceh, Keberpihakannya pada masyarakat kecil dan kemampuannya menjembatani komunikasi antara berbagai kelompok etnis dan sosial di Aceh adalah faktor yang membuatnya menonjol. Dalam berbagai kesempatan” kata Dr.Iswadi Alumni Program Doktoral Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Jakarta
Selanjutnya Kata Dr Iswadi Keduanya Bustami Hamzah dan Tusop memiliki modal sosial dan politik yang kuat karena kedekatan dengan masyarakat Aceh. Karakter low profile yang mereka tampilkan menjadi nilai tambah di mata publik yang sudah jenuh dengan gaya kepemimpinan yang hanya mengedepankan citra tanpa hasil nyata. Selain itu, keahlian mereka dalam memahami dan menjaga kearifan lokal menjadi poin penting dalam memimpin daerah yang kaya akan tradisi seperti Aceh. Gaya kepemimpinan yang lebih mendengarkan daripada memerintah dianggap sangat sesuai untuk menangani isu-isu kompleks di Aceh, mulai dari ekonomi, politik, hingga budaya jelasnya.
“Bustami Hamzah dan Tusop dianggap figur yang layak memimpin Aceh, khususnya di era di mana masyarakat membutuhkan pemimpin yang dekat dengan rakyat, memiliki integritas tinggi, dan dapat merangkul semua golongan dalam pembangunan daerah.demikian pungkas Dr. Iswadi, M.Pd. (*)