MabesNews.com, Dalam dunia maritim, hanya segelintir kapal yang mampu bertahan sebagai simbol keberlanjutan dan ketangguhan. Salah satu kapal yang mengukir namanya dalam sejarah adalah MV Doulos, yang dikenal sebagai kapal penumpang aktif tertua di dunia. Namun, perjalanan kapal ini tidak sekadar mengarungi lautan; ia juga menjadi saksi dari perjalanan visi dan pelayanan seorang pria bernama Eric Saw. Kisah ini dituangkan dengan penuh makna dalam bukunya, The Ship and I.
Kapal ini pertama kali diluncurkan pada tahun 1914 dengan nama SS Medina, bertugas sebagai kapal barang dan penumpang. Selama beberapa dekade, kapal ini menjalani berbagai transformasi: menjadi SS Roma pada 1948, MS Franca C pada 1953, dan akhirnya MV Doulos pada 1977. Namun, babak terpenting dalam perjalanan kapal ini dimulai pada tahun 2010, ketika Eric Saw dan keluarganya mengambil alih dan menamainya Doulos Phos. Nama ini, yang berarti “Hamba Cahaya,” mencerminkan misi baru kapal ini sebagai simbol pelayanan dan pengharapan.
Eric Saw bukanlah seorang pelaut atau teknisi kapal; ia adalah seorang pengusaha dengan visi besar. Selama hampir dua dekade, ia menyimpan impian untuk mendirikan sebuah usaha yang seluruh keuntungannya didedikasikan untuk pelayanan spiritual. Dalam bukunya, ia menulis, “Saya memiliki visi untuk memulai bisnis yang berorientasi pada keuntungan sejati dan mendedikasikan seluruh keuntungannya untuk pelayanan.” Melalui Doulos Phos, Eric Saw tidak hanya mewujudkan impiannya, tetapi juga membuka babak baru yang sarat tantangan dan keberanian.
Buku The Ship and I mengisahkan perjalanan spiritual dan transformasi kapal ini dalam sepuluh bab, yang diibaratkan sebagai “sepuluh pelabuhan.” Setiap bab membawa pembaca ke dalam pengalaman unik, mencerminkan pelajaran hidup yang penuh makna. Eric menulis dengan gaya narasi yang hangat dan memikat, mengajak pembaca untuk melihat setiap rintangan sebagai peluang, dan setiap kemenangan sebagai bentuk kasih Tuhan.
Salah satu kekuatan buku ini adalah kemampuannya membawa pembaca melintasi waktu. Eric menggambarkan bagaimana masa lalu dan masa kini saling terhubung, menciptakan fondasi yang kokoh untuk masa depan. Ia sering mengutip salah satu frasa favoritnya, “A time is coming and has now come,” yang menegaskan keyakinannya akan waktu Tuhan yang sempurna.
Sebagai kapal dengan sejarah lebih dari seabad, Doulos Phos adalah simbol transformasi dan ketahanan. Kapal ini telah menyaksikan berbagai era, mulai dari Perang Dunia hingga kemajuan teknologi. Namun, di bawah kepemimpinan Eric Saw, kapal ini tidak hanya menjadi warisan maritim tetapi juga alat pelayanan yang membawa pesan pengharapan kepada banyak orang.
Eric menutup bukunya dengan mengundang pembaca untuk memulai perjalanan bersama Doulos Phos. Ia menggambarkan suasana keberangkatan kapal dengan begitu hidup: tali tambat yang dilepaskan, klakson kapal yang menggema, dan pita-pita warna-warni yang dilemparkan dari dek. Pembaca diajak untuk menikmati pelayaran yang tidak hanya menyentuh hati tetapi juga menggugah semangat.
Kisah Eric Saw dan Doulos Phos adalah pengingat bahwa visi yang didasari iman dan ketulusan mampu melampaui segala tantangan. Buku The Ship and I adalah sebuah catatan penting tentang keberanian bermimpi, ketekunan menjalani, dan keyakinan dalam menggapai tujuan.
Bagi siapa pun yang tertarik pada dunia maritim, pelayanan, atau perjalanan hidup penuh inspirasi, buku ini adalah undangan untuk memahami makna perjalanan yang sesungguhnya. Dengan membaca kisah ini, pembaca diajak untuk melihat bahwa setiap tantangan adalah bagian dari sebuah rencana besar yang penuh makna. Selamat berlayar menuju harapan dan tujuan baru.(Nursalim Turatea).