Desa Muara Gula Baru Luncurkan Batik Cap Motif Lentahi: Mengangkat Sejarah dan Kearifan Lokal

MabesNews.com, Muara Gula Baru, Muara Enim, Sumatera Selatan – Berawal dari keinginan Kepala Desa Muara Gula Baru, Kecamatan Ujan Mas, Kabupaten Muara Enim, Suluhuddin, S.IP., M.M., NL.P, untuk mengangkat sejarah asal-usul berdirinya Desa Muara Gula dan mengenalkan ciri khas daerahnya, lahirlah produksi Batik Cap Motif Lentahi.

Lentahi, atau dikenal juga sebagai Marasi, merupakan tumbuhan hutan dengan nama ilmiah Curculigo latifolia. Buah dari tanaman ini memiliki kandungan Curculin, yang dapat mengubah rasa makanan atau minuman menjadi manis setelah dikonsumsi. Lentahi tidak hanya menjadi tanaman yang dikenal luas di masyarakat, tetapi juga memiliki peran penting dalam sejarah lahirnya nama Muara Gula.

Sejarah Muara Gula dan Filosofi Motif Lentahi

Menurut cerita rakyat setempat, pada zaman dahulu seorang saudagar kaya yang berdagang dari Palembang ke Muara Enim singgah di suatu daerah untuk beristirahat. Saat itu, ia melihat seekor burung memakan buah dari pohon tertentu. Penasaran, saudagar tersebut meminta pengawalnya untuk mengambil dan mencicipi buah itu. Setelah memakannya, ia merasa haus dan meminta air dari sungai terdekat.

Yang mengejutkan, air sungai yang diminumnya terasa manis. Dengan penuh keheranan, saudagar tersebut berkata kepada pengawalnya bahwa tempat ini adalah “Muara Gule” (Muara Gula). Hingga kini, anak sungai yang menjadi saksi bisu kisah ini masih ada dan disebut Sungai Gula, yang bermuara ke Sungai Lematang. Seiring perkembangan zaman, wilayah ini berkembang menjadi Desa Muara Gula, yang kemudian dimekarkan menjadi Desa Muara Gula Baru pada tahun 1970.

Tanaman Lentahi hingga kini masih tumbuh subur di Desa Muara Gula Baru dan sering dimanfaatkan sebagai obat herbal. Beberapa manfaatnya antara lain sebagai penambah tenaga, peningkat nafsu makan, obat sakit kepala, serta untuk mengatasi gangguan fungsi ginjal.

Batik Motif Lentahi: Simbol Identitas dan Kearifan Lokal:

Motif Lentahi yang diangkat dalam batik cap khas Desa Muara Gula Baru memiliki filosofi mendalam. Bentuk dan pola dalam motif ini melambangkan:

1. Keunikan dan Keaslian Sejarah – Mengingatkan masyarakat akan asal-usul nama Muara Gula yang berakar dari keberadaan tanaman Lentahi.

2. Keseimbangan Alam dan Manusia – Lentahi adalah tumbuhan hutan yang menunjukkan hubungan erat antara manusia dan alam sekitar.

3. Warisan Budaya yang Berkelanjutan – Melalui batik ini, generasi muda diharapkan dapat terus mengenal dan melestarikan sejarah serta kearifan lokal.

Dengan diluncurkannya Batik Cap Motif Lentahi, Desa Muara Gula Baru tidak hanya menjaga warisan budaya, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal. Kepala Desa Muara Gula Baru berharap bahwa batik ini dapat dikenal lebih luas, menjadi identitas desa, serta membuka peluang bagi pengrajin lokal untuk bersaing di pasar yang lebih besar.

Sebagai langkah lanjutan, desa berencana untuk mempromosikan Batik Lentahi melalui berbagai pameran dan platform digital agar semakin dikenal oleh masyarakat luas.

Pelestarian Budaya untuk Masa Depan

Dengan hadirnya Batik Cap Motif Lentahi, Desa Muara Gula Baru membuktikan bahwa sejarah dan kearifan lokal dapat menjadi inspirasi dalam menciptakan produk kreatif yang bernilai tinggi. Warisan budaya ini tidak hanya menjadi kebanggaan desa, tetapi juga menjadi simbol identitas dan keberlanjutan nilai-nilai tradisi di era modern.(sd)

 

Editor : Salahudin Ak