MabesNews.com, Pekanbaru — Perjuangan hidup Utrianto, seorang anak petani dari desa kecil bernama Sungai Tawar, adalah bukti nyata bahwa mimpi besar tidak mengenal batas, bahkan dalam keadaan serba keterbatasan. Lahir dari keluarga sederhana yang bergantung pada hasil sawah, ia menapaki jalan panjang berliku untuk meraih gelar Magister Pendidikan (M.Pd) dengan predikat cum laude. Kini, ia tidak hanya menjadi inspirasi, tetapi juga bukti nyata bahwa pendidikan adalah jembatan menuju kehidupan yang lebih baik.
Masa Kecil yang Sarat Perjuangan
Dibesarkan dalam keluarga petani miskin, Utrianto memahami arti kerja keras sejak kecil. Ia harus berjalan kaki lima kilometer setiap hari untuk bersekolah di SDN 07 Sungai Tawar, melewati jalan berlumpur dan sering kali tiba di sekolah dengan seragam basah. Meski demikian, semangat belajarnya tidak pernah padam.
Setelah menyelesaikan pendidikan dasar, ia melanjutkan ke MTsN Tarusan. Di sini, Utrianto mulai merasakan beratnya tekanan ekonomi. Sepulang sekolah, ia membantu ayahnya bekerja di sawah dan mengumpulkan rumput untuk ternak. Namun, tekadnya untuk terus belajar tetap membara.
Remaja Penuh Harapan dan Ujian Hidup
Di bangku MA Yapem Tarusan, kemampuan Utrianto mulai bersinar. Ia aktif dalam berbagai lomba pidato agama, menjadi kebanggaan sekolah dan keluarganya. Namun, ujian hidup terus menghampiri. Kesulitan ekonomi hampir membuatnya menyerah. Berkat doa dan dukungan dari ibu dan para gurunya, ia berhasil menyelesaikan sekolah dengan nilai memuaskan.
Perjuangan di Bangku Kuliah
Dengan semangat besar, Utrianto mendaftar di Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam di IAIN Imam Bonjol. Namun, perjalanan ini tidak mudah. Ia sering menghadapi tantangan finansial, hingga harus bekerja sebagai guru honorer dengan gaji yang sangat minim. Di tengah kesibukannya, ia kembali melanjutkan pendidikan S1S1.