Bisnis Indonesia Gelar Diskusi Publik, Khairul Mahalli : Pemerintah Perlu Kurangi Risiko Fluktuasi Mata Uang

MabesNews.com, Ketua Umum Gabungan Perusahan Ekspor Indonesia (GPEI), Khairul Mahalli tampil sebagai pembicara pada Coffeenomics di Luxton Hotel, Jalan Ir H Juanda Bandung, Selasa 29/4/2025.

Kegiatan diskusi publik yang digagas Bisnis Indonesia ini bertema Menakar Ekspor Jawa Barat (Jabar) : Daya Tahan Sektor Andalan dan Masa Depan Sektor Anyar. Nara sumber utama Bank Indonesia, Dinas Perdagangan dan Industri Provinsi Jawa Barat.

Mahalli melalui telepon selular tadi siang mengatakan perang tarif antara Amerika Serikat dan negara-negara mitra dagangnya, terutama Tiongkok, telah menciptakan
ketidakpastian dalam perdagangan global.

Mengutip Bisnis Indonesia, Mahalli mengakui sebagai provinsi dengan kontribusi ekspor terbesar di Indonesia, Jawa Barat sangat rentan terhadap dinamika ini.

“Dampak terhadap ekspor regional dan bagaimana strategi kebijakan dapat dirancang untuk menjaga daya saing dan ketahanan sektor ekspor,” kata Mahalli yang juga Ketua Umum Kadin Sumatera Utara ini.

Sementara dalam paparannya Mahalli mengatakan Indonesia perlu mengembangkan sektor baru seperti ekonomi hijau dan energi terbarukan. Hal ini betul-betul harus dijalankan sehingga produknya dapat diekspor termasuk mencari peluang ekspor baru.

“Tak kalah penting adalah pengembangan teknologi digital. Ini tak perlu ditawar-tawar lagi dan ekonomi kreatif. Dalam kaitan ini kita mengekspor jasa digital startup global. Selain itu bioekonomi dan kesehatan, farmasi dan alat kesehatan,” ujar Mahalli yang juga Ketum Asosiasi Depo Kontainer Indonesia (Asdeki).

Menyinggung tentang currency swap agreements, Mahalli meminta pemerintah untuk mengurangi risiko fluktuasi mata uang dengan negara mitra. Begitu juga terkait industrial substitution supaya mengganti bahan impor yang terkena tarif dengan
bahan lokal (contoh: pengembangan
petrokimia dalam negeri).

“Begitu pula early warning sustem. Kita selalu pantau pantau kebijakan tarif global secara real-time untuk antisipasi cepat,” imbuh Mahalli pada diskusi yang menarik perhatian publik itu.(tiar)