Awal Tahun 2025, Dr. Iswadi Sarankan Mendikti Satryo Perhatikan Kesejahteraan Dosen

Jakarta : Awal tahun 2025 menjadi momentum penting bagi pendidikan tinggi di Indonesia. Salah satu tokoh akademik yang lantang bersuara adalah Dr. Iswadi, M.Pd, seorang akademisi yang dikenal memiliki kepedulian tinggi terhadap kesejahteraan dosen di Indonesia. Dalam pernyataannya, Dr. Iswadi mengajak Mendikti, Prof. Satryo Brodjonegoro, untuk memberikan perhatian serius terhadap kesejahteraan dosen sebagai salah satu fondasi penting dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Hal tersebut disampaikan , Dr. Iswadi, M. Pd. kepada wartawan, Rabu 1 Januari 2025.

Menurut Dr. Iswadi, kesejahteraan dosen merupakan salah satu faktor utama yang memengaruhi kualitas pendidikan tinggi di Indonesia. Ia menyoroti bahwa dosen bukan sekadar pengajar, tetapi juga pelaku utama dalam proses pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Dengan tugas yang begitu kompleks, dosen membutuhkan dukungan berupa kebijakan yang tidak hanya menghargai kontribusi intelektual mereka, tetapi juga menjamin kesejahteraan hidup.

Dr. Iswadi mengungkapkan bahwa meskipun beberapa perguruan tinggi negeri (PTN) telah memberikan fasilitas yang memadai kepada dosennya, masih banyak dosen di perguruan tinggi swasta (PTS) yang mengalami kesenjangan kesejahteraan. Banyak dosen di PTS menghadapi tantangan berat, seperti gaji yang jauh dari layak, beban kerja yang tinggi, serta minimnya akses terhadap pengembangan profesional. Hal ini, menurut Dr. Iswadi, menjadi ironi bagi bangsa yang berkomitmen pada penguatan sumber daya manusia.

Ia juga menekankan pentingnya pemerataan kesejahteraan dosen di seluruh wilayah Indonesia. Di beberapa daerah terpencil, dosen kerap harus menghadapi kondisi kerja yang sulit, termasuk kurangnya fasilitas kampus dan rendahnya insentif finansial. Kondisi ini tidak hanya berdampak pada produktivitas dosen, tetapi juga memengaruhi kualitas pendidikan yang diterima mahasiswa.

Alumni Program Doktoral Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Jakarta tersebut memberikan beberapa rekomendasi strategis kepada Mendikti Satryo. Salah satu yang utama adalah meningkatkan alokasi anggaran untuk dosen, baik dari segi gaji pokok maupun tunjangan. Ia menyarankan agar pemerintah mengadopsi pendekatan berbasis kinerja, di mana dosen yang aktif dalam penelitian, publikasi, dan pengabdian masyarakat mendapatkan penghargaan tambahan.

Selain itu, Dr. Iswadi juga menekankan perlunya regulasi yang lebih ketat dalam mengatur kesejahteraan dosen di PTS. Pemerintah perlu memastikan bahwa PTS memenuhi standar minimum gaji dosen yang layak, sehingga tidak ada lagi kesenjangan yang mencolok antara dosen di PTN dan PTS.

Ia juga mengusulkan adanya program khusus untuk pengembangan profesional dosen, seperti pelatihan berkala, dukungan untuk studi lanjut, dan insentif untuk penelitian. “Dosen adalah aset intelektual bangsa. Investasi pada mereka adalah investasi pada masa depan Indonesia,” tegas Dr. Iswadi.

Dr. Iswadi meyakini bahwa perbaikan kesejahteraan dosen akan membawa dampak positif yang signifikan terhadap sistem pendidikan tinggi di Indonesia. Dengan kesejahteraan yang lebih baik, dosen akan lebih termotivasi untuk meningkatkan kualitas pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Hal ini pada akhirnya akan menciptakan ekosistem akademik yang lebih baik dan menghasilkan lulusan yang lebih kompetitif di pasar kerja global.

Ia juga menyoroti pentingnya keseimbangan antara kesejahteraan material dan pengakuan moral. Menurutnya, apresiasi dalam bentuk penghargaan akademik, penghormatan terhadap otonomi dosen, serta kebijakan yang mendukung kebebasan akademik, juga menjadi bagian penting dari upaya meningkatkan kesejahteraan dosen.

Dr. Iswadi menyampaikan harapannya agar pemerintah, khususnya Mendikti Satryo, menjadikan isu kesejahteraan dosen sebagai salah satu prioritas utama pada tahun 2025. Ia optimis bahwa dengan kebijakan yang tepat dan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan, tantangan yang dihadapi dosen saat ini dapat diatasi, sehingga pendidikan tinggi Indonesia dapat melangkah maju.

“Dosen adalah garda terdepan dalam mencetak generasi emas Indonesia. Jika mereka sejahtera, maka pendidikan tinggi kita juga akan semakin maju dan berkualitas,” ujar Dr. Iswadi.

Tahun 2025 telah dimulai, dan tantangan pendidikan tinggi di Indonesia masih banyak. Namun, dengan keberanian para tokoh akademik seperti Dr. Iswadi dan komitmen pemerintah, ada harapan besar bahwa kesejahteraan dosen akan menjadi fokus utama dalam upaya membangun masa depan pendidikan yang lebih cerah. (*)