Mabesnewscom l Jakarta : Lawatan Presiden Prabowo Subianto ke Tiongkok dan Amerika Serikat baru-baru ini telah menimbulkan perhatian dan perdebatan di kalangan pengamat politik dan pertahanan internasional. Kunjungan ini dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, mulai dari upaya mempererat kerja sama bilateral, memperkuat pertahanan Indonesia, hingga strategi menghadapi tantangan geopolitik yang semakin kompleks di kawasan Indo-Pasifik. Dr. Iswadi, M.Pd., sebagai pengamat dan akademisi, memiliki beberapa pandangan menarik terkait langkah diplomatik ini.
Menurut Dr. Iswadi, kunjungan Prabowo ke dua negara besar, yaitu Tiongkok dan AS, mengindikasikan posisi Indonesia yang ingin menjaga keseimbangan dalam diplomasi luar negerinya. Sebagai salah satu negara berkembang terbesar di Asia Tenggara, Indonesia sering menghadapi tantangan dalam mempertahankan kebijakan luar negeri yang bebas dan aktif di tengah persaingan antara dua kekuatan utama dunia. Dengan mengunjungi Tiongkok dan Amerika Serikat secara berturut-turut, Prabowo menunjukkan bahwa Indonesia tidak ingin terjebak dalam ketergantungan terhadap satu pihak saja, melainkan ingin menjalin hubungan yang baik dengan kedua negara tersebut.
Langkah ini juga menunjukkan bahwa Indonesia ingin berperan sebagai “penjaga keseimbangan” di kawasan Asia Tenggara. Dengan posisi geografis yang strategis dan populasi yang besar, Indonesia memiliki potensi untuk menjadi pemain kunci dalam stabilitas regional. Dr. Iswadi mencatat bahwa pendekatan ini sebenarnya sesuai dengan prinsip politik luar negeri Indonesia yang telah lama dipegang, yaitu bebas aktif. Kebijakan bebas aktif berarti Indonesia tidak ingin berpihak pada salah satu kekuatan besar, tetapi juga tidak pasif dalam menyikapi isu-isu global. Dalam hal ini, kunjungan Prabowo merupakan manifestasi dari sikap bebas aktif tersebut, di mana Indonesia tetap aktif berperan dan menjalin kerja sama dengan kedua belah pihak.
Akademisi yang juga politisi muda asal Aceh ini mengatakan Secara lebih spesifik, kunjungan ke Tiongkok menunjukkan bahwa Indonesia masih memiliki kepentingan ekonomi dan pertahanan yang penting dengan negeri Tirai Bambu. Dr. Iswadi menyoroti bahwa dalam beberapa tahun terakhir, Tiongkok telah menjadi salah satu mitra dagang terbesar Indonesia, terutama dalam hal perdagangan barang dan investasi infrastruktur. Di sisi lain, Tiongkok juga merupakan salah satu negara yang kuat dalam teknologi pertahanan, yang dapat menjadi potensi bagi Indonesia untuk meningkatkan kapabilitas militer. Namun, kunjungan ini tidak lepas dari kontroversi, mengingat beberapa negara di kawasan ini, termasuk Indonesia, mengalami ketegangan dengan Tiongkok terkait klaim teritorial di Laut Cina Selatan. Dr. Iswadi berpendapat bahwa kunjungan ini mencerminkan keinginan Indonesia untuk tetap menjalin kerja sama yang saling menguntungkan dengan Tiongkok tanpa mengesampingkan kepentingan nasional dalam hal kedaulatan wilayah.
Kunjungan Prabowo ke Amerika Serikat juga memiliki makna strategis yang tidak kalah penting. Dr. Iswadi menekankan bahwa Amerika Serikat adalah salah satu sekutu penting bagi Indonesia dalam hal pertahanan dan keamanan regional. AS sering kali mengedepankan isu-isu seperti keamanan maritim dan kebebasan navigasi di kawasan Indo-Pasifik, yang sejalan dengan kepentingan Indonesia dalam menjaga stabilitas wilayah. Selain itu, AS juga memiliki teknologi militer yang maju, dan kunjungan Prabowo dapat membuka jalan bagi peningkatan kerja sama dalam modernisasi pertahanan Indonesia.
Dengan demikian, kunjungan ke Amerika Serikat memberikan sinyal bahwa Indonesia menghargai pentingnya hubungan strategis dengan AS, yang juga merupakan salah satu negara yang dominan dalam sistem internasional.
Dr. Iswadi menekankan bahwa langkah diplomatik Prabowo ke Tiongkok dan AS juga memiliki implikasi domestik. Sebagai tokoh diplomasi Internasional mendatang, langkah ini bisa dilihat sebagai upaya memperkuat citra Indonesia di mata dunia. Melalui kunjungan ini, Prabowo bisa menunjukkan bahwa ia mampu menjalin hubungan yang baik dengan kekuatan-kekuatan besar dunia dan memiliki visi untuk memperkuat pertahanan negara. Namun, Dr. Iswadi juga mengingatkan bahwa keberhasilan dari kunjungan-kunjungan ini tidak dapat diukur hanya dari diplomasi saja. Indonesia harus memastikan bahwa kerja sama yang terjalin benar-benar memberikan manfaat nyata bagi rakyat dan mampu meningkatkan posisi strategis Indonesia di kancah global.
Alumni Program Doktoral Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Jakarta tersebut melihat kunjungan Prabowo ke Tiongkok dan Amerika Serikat sebagai langkah yang tepat dalam memperkuat posisi Indonesia di tengah dinamika geopolitik yang kompleks. Di satu sisi, kunjungan ke Tiongkok menunjukkan komitmen Indonesia untuk tetap membuka diri terhadap kerja sama ekonomi dan pertahanan dengan negara tetangga yang kuat. Di sisi lain, kunjungan ke Amerika Serikat menunjukkan bahwa Indonesia juga menghargai pentingnya kerja sama strategis dengan sekutu di luar kawasan.
Namun, Dr. Iswadi mengingatkan bahwa tantangan Indonesia selanjutnya adalah memastikan bahwa kerja sama ini benar-benar memperkuat kepentingan nasional, bukan hanya sebagai simbol diplomatik semata.demikian pungkas Dr. Iswadi, M.Pd. (*)