Bahasa, Cinta & Bijaksana

MabesNews.com, BEDA dengan binatang atau predator, kekuatan manusia terletak pada kemampuannya dalam berbicara. Dari sini muncul bahasa, sebuah super power yang mampu mengurai dan menerjemahkan simbol-simbol rumit menjadi solusi kehidupan.

Disebut “super power” karena dahsyatnya seni bicara juga mampu menaklukkan orang lain, termasuk binatang buas sekalipun di setiap situasi. Dari sini jua manusia mengenal tulisan yang menjadi cikal bakal sejarah.

Sebab aktivitas berbahasa berkembang secara kognitif, yaitu dari proses mengamati, menganalisis, memahami, menilai, menalar, membayangkan lalu membahasakan degan isyarat vokal.

Itulah mengapa, kata Yuval Noah Harari dalam bukunya “Sapiens” antara Genus Homo, spesies Homo Sapien yang saat ini kita sebut “manusia”, bisa bertahan, berkembang, bahkan menaklukkan dunia.

Keahlian manusia berbicara, membuatnya mampu untuk mempertanyakan lebih dalam dari sebuah esensi, sehingga muncullah filsafat, yang disebut-sebut sebagai induk dari semua ilmu pengetahuan yang ada di muka bumi ini.

Dari sini muncul pandangan yang membentuk dan menyanggah peradaban. Seperti Idealisme, Humanisme, Rasionalisme, EmpirismeKritisisme, Konstruktivisme.

Selanjutnya muncul cabang ilmu filsafat, yang mencakup Epistemologi, Metafisika (umum/antologi dan khusus, Logika, Etika, Estetika, dan Filsafat Ilmu.

Andai manusia tak punya bahasa, mungkin bisa saja punah karena tak mampu bertahan dalam rantai makanan. Meski survive, paling tak lebih hanya sebagai pemburu-pengumpul.

Bagaimana menurut Anda? (Nursalim Turatea)