MABESNEWS.COM | Medan – Pemerintah harus memperkuat lagi fundamental makro ekonomi dalam menghadapi ancaman krisis global yang diprediksikan berimbas ke sejumlah negara termasuk Indonesia.
Fundamental ekonomi makro kita dinilai masih lemah dan perlu diperkuat lagi agar tidak mudah terguncang oleh policy keuagan dari negara-negara besar, seperti Amerika Serikat dan lainnya.
Harapan itu disampaikan pemerhati dunia bisnis, H Fauzi Hasballah menjawab media ini melalui telepon seular, Senin 13/3/2023. Dirut PT Gotong-Royong Jaya ini melontarkan hal itu terkait prahara ekomomi Amerika Serikat yang berpengaruh terhadap pasar keuangan di tanah air termasuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan emas
Fauzi Hasballah menyebutkan padahal jumlah penduduk Indonesia mencapai 255 juta jiwa terbesar di ASEAN . Dengan jumlah penduduk begitu banyak merupakan sumber pasar sangat menjanjikan mengungguli negara ASEAN.
“Bukankah hal ini potensi bonus demografi yang menjadikan PDB negara kita berada di.posisi kedua ASIA dengan nilai sekitar 9-10 triliun dolar.pada 2045,” ujar Fauzi Hasballah.
“Namun pemerintah terkesan tidak melihat hal itu yang merupakan sumber kekuatan ekonomi Indonesia yang cukup potensial. Jika tidak memanfaatkan potensi tersebut sedikit saja terjadi goncangan luar, Indonesia langsung terimbas,” ujar Fauzi Hasballah,.mantan Ketua Umum DPP Aceh Sepakat Sumatera Utara.
Seperti diketahui gonjang ganjing perekonomian Amerika Serikat (AS) bakal membuat pasar keuangan di tanah air dalam tekanan di akhir pekan dan kabar buruk bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Mayoritas bursa saham di AS dan Eropa mengalami tekanan hebat, yang bisa merembet ke pasar keuangan lainnya, tanpa terkecuali pasar keuangan Indonesia.
Sementara sebelumnya pengamat ekonomi Gunawan Benyamin mengatakan hal utama yang memicu kekuatiran pasar saat ini adalah kebangkrutan dialami salah satu Bank terbesar di AS, yakni Silicon Valley Bank yang bisa menggerus saham perbankan di sejumlah negara.
Selain itu selama sepekan ke depan ada banyak agenda ekonomi besar baik dari dalam mau pun luar negeri. Dari tanah air akan ada rapat Gubernur Bank Indonesia yang diproyeksikan tetap mempertahankan besaran suku bunga acuannya di level 5.75%.
“Jika BI tetap mempertahankan bunga acuan tersebut, potensi Rupiah melemah cukup terbuka dalam sepekan ke depan,” kata Benyamin
Dia.menyebutkan di sisi lain, rilis data inflasi inti AS serta inflasi Februari (YoY) bisa menambah tekanan selanjutnya. Sejauh ini inflasi inti di AS diproyeksikan akan turun dikisaran 5.5% secara year on year.
“Sementara inflasi secara keseluruhan diperkirakan turun hingga 6%. Tetapi jika rilis data inflasi justru lebih besar dari ekspektasi, akan sangat berpeluang memicu tekanan pada Rupiah,” kata Benyamin.(tiar)