Ekonomi China Pulih, Harga CPO Melambung, Petani Sawit Ceria

Pemerintah193 views

Mabesnews. com| Medan-Data NBS manufacturing purchasing manager index (PMI) China, belakangan merealisasikan besaran index yang mengalami peningkatan menjadi 52.6 dari posisi sebelumnya 50.1 di bulan Januari 2023.

Indeks tesebut dihitung berdasarkan pemesanan baru untuk barang, output perusahaan, ketenagakerjaan, waktu pengiriman barang ke supplier dan pasokan untuk jumlah item barang yang dibeli.

“Sejak China tidak memberlakukan lagi kebijakan pengetatan aktifitas masyarakatnya (lockdown), ekonomi China mengalami pemulihan,” kata.pengamat ekonomi.Gunawan Benyamin saat berbicara kepada media ini, Jumat 3/3/2023.

Dia menyebutkan akselerasi permintaan barang dari China mengalami kenaikan. Sementara Sumatera Utara tentunya diuntungkan, karena ekspor ke China mengalami peningkatan. mngingat secara kuantitas China masih menjadi negara tujuan ekspor Sumatera.Utara.

Terkait CPO dalam sebulan terakhir ini Benyamin menyebutkan mengalami kenaikan cukup signifikan. Dari kisaran harga 3.800 menjadi 4.300 Ringgit Malaysia per ton.

Kenaikan ini tentunya akan menjadi kabar baik bagi masyarakat khususnya petani di wilayah sumatera utara. Karena dari kenaikan harga CPO tersebut, harga TBS di tingkat petani berpeluang untuk mengalami kenaikan.

Kenaikan harga CPO tersebut juga nantinya akan mendorong marjin atau keuntungan petani sawit. Yang nantinya akan menjadi salah satu motor penggerak uang beredar di wilayah Sum ini ⁰.

“Kita harapkan harga CPO mampu bergerak dalam tren naik nantinya. Karena sawit sangat potensial dalam menggerakkan perekonomian di wilayah sumatera utara,” ujar Benyamin.

Sementara perlambatan kinerja ekonomi di wilayah Sumut bisa terkikis jika harga sawit mampu mengalami pemulihan secara berkesinambungan.

Akan tetapi harapan tersebut masih belum begitu kuat indikasinya sejauh ini. Sekalipun ada potensi dimana geliat ekonomi China akan potensial mendorong pemulihan kinerja ekonomi di wilayah Sumatera.Utar.

Disisi lain, tren imbuh Benyamin, kenaikan bunga acuan di banyak Bank Sentral di dunia juga sangat berpeluang menjadi pemicu memburuknya kinerja ekonomi nasional khususnya SUMUT.

“Karena di satu sisi pertumbuhan ekonomi bisa didorong seiring pemulihan harga komoditas. Akan tetapi disisi lainnya justru mendorong tingginya laju tekanan inflasi. Yang nantinya akan bermuara pada pembentukan kinerja ekonomi kurang berkualitas,” kata Benyamin.(tiar)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *