Bansos Untuk Kesejahteraan Akar Rumput Warga Muhammadiyah

Lainnya100 views

Oleh : As’ad Bukhari, S.Sos, MA

(Alumni Pendidikan Intensif Muballigh Muda Berkemajuan)

 

MabesNews.com, Kehidupan yang semakin sulit dan memberatkan bagi kalangan menengah ke bawah warga Muhammadiyah itu tidaklah mudah. Sebab, tidak semua punya akses bantuan Kehidupan baik dari pemerintah ataupun swasta termasuk di Muhammadiyah itu sendiri. Belum lagi bila bekerja di AUM yang dituntut untuk ikhlas mengabdi dan bukan menuntut gaji tinggi, sedangkan tak lagi memungkinkan bila mencari pekerjaan di luar Muhammadiyah dikarenakan faktor usia, loyalitas maupun juga bentuk militansi. Hal ini mengabdi di Muhammadiyah dengan niat beribadah agar hidup tak sekedar untuk dunia semata, melainkan juga untuk keberkahan hidup di akhirat kelak.

 

Lantas bagaimana kondisi warga akar rumput Muhammadiyah yang bekerja di AUM pada tataran menengah ke bawah, apakah sudah sejahtera atau hanya sekedar cukup yang penting masih berbahagia bersama persyarikatan Muhammadiyah. Ini menjadi fenomena yang cukup nyata, bila melihat Organisasi Muhammadiyah banyak yang melihat jumlah akumulatif AUM berdasarkan nilai aset yang cukup besar namun jika sudah dikaji sesuai tingkat pimpinan masih tidak berbanding lurus. Hal itu dikarenakan, tidak semua PWM dan PDM yang terkhusus dapat bantuan oleh pemerintah daerahnya maupun lingkungannya sendiri yang masih sangat minim secara kuantitas maupun kualitas. Ini menjadi perjuangan yang cukup panjang selain untuk membesarkan amal usaha Muhammadiyah juga sekaligus dapat mensejahterakan akar rumput warga Muhammadiyah khsusnya yang berkeja di bawah AUM itu sendiri.

 

Upaya bansos untuk kesejahteraan akar rumput warga Muhammadiyah itu cukup variatif dan beragam sesuai dengan kemampuan di daerahnya. Bantuan-bantan sosial Muhammadiyah secara umum terlihat dari beberapa macam bentuknya. Bansos warga Muhammadiyah didapatkan melalui Lazismu yang telah dihimpun baik Lazismu wilayah dan daerah maupun cabang jika sudah ada. Lazismu memiliki program kemanusiaan, yang itu dapat dimaknai bansos untuk warga Muhammadiyah. Kemudian bansos didapatkan dari pemerintah yang dirasakan sendiri oleh akar rumput warga Muhammadiyah dengan berbagai macam isi bansos itu sendiri, ini melalui mekanisme prosedur pemerintah daerah tentunya baik Lurah, camat atau dinsos. Bansos yang didapatkan melalui AUM profit atau AUM yang telah mapan kelas elit kepada karyawan nya sendiri dan atau kepada akar rumput warga Muhammadiyah lain yang masih sekitaran dengan alamat AUM tersebut entah sekolah, kampus, rumah sakit, pesantren, hotel dan lainnya yang murni program bansos AUM. Lalu bansos yang didapatkan melalui para pengusaha atau pebisnis atau para donatur Muhammadiyah secara pribadi kepada akar rumput warga Muhammadiyah demi mengamalkan teologi al maun di lingkungan internal Muhammadiyah sendiri. Dan terakhir bansos dari politikus Muhammadiyah atau pejabat pemerintah Muhammadiyah, atau NGO yang bekerja sama dengan Muhammadiyah untuk memberikan pesek kepada warga Muhammadiyah kalangan menengah ke bawah yang belum bahkan tidoa tersentuh oleh pemerintah, swasta lain maupun Lazismu sendiri.

 

Selama ini banyak yang mengira di Muhammadiyah itu tidak ada kata gratisan, apalagi mental meminta maupun mental bansos. Padahal kenyataannya pun bansos tetap ada, sebab tak semua warga Muhammadiyah itu mendapatkan kesejahteraan yang cukup dan yang layak, karena perbedaan kelas sosial, kelas ekonomi maupun kelas profesi yang berbeda. Hanya saja jangan sampai bansos di lingkungan Muhammadiyah menjadi alat politik oleh yang berkepentingan khsusnya yang menjadi bagian dari pemerintahan. Bansos yang merupakan bantuan sosial itu dapat dimaknai sebagai program kemanusiaan yang pada intinya untuk membantu meringankan beban hidup dalam urusan kebutuhan primer atau kebutuhan pokok yang cenderung selalu mahal dan harganya naik.

 

Muhammadiyah maupun amal usaha Muhammadiyah termasuk Lazismu dan berbagai elemen yang memiliki program sosial, kemampuan dan kesejahteraan sudah seharusnya terukur, seusai data penerima dan juga tepat pada sasaran yang diberikan kepada akar rumput warga Muhammadiyah serta jika berlebihan dapat diberikan warga masyarakat umum yang dekat dengan lingkungan sosio kultur Muhammadiyah. Jangan sampai banson atau bantuan sosial model apapun atau bentuk apapun kepada akar rumput warga Muhammadiyah dijadikan alat kepentingan tertentu apalagi bila hanya bertujuan untuk modus kepentingan semata. Jadikan upaya bansos di Muhammadiyah itu sebagai bentuk ajaran KH. Ahmad Dahlan melalui Teologi Al Maun itu agar dapat membantu masyarakat terhindar dari kemiskinan, kekafiran dan keterbelakangan. Sehingga seluruh warga Muhammadiyah baik elit, pimpinan, tokoh, struktural dapat membangun relasi harmonis pula dengan akar rumput warga Muhammadiyah alit, arus bawah, kecil, dan menengah ke bawah. Agar Muhammadiyah terus membangun bangsa ini menuju peradaban bangsa yang Berkemajuan dan memberikan manfaatnya kepada siapapun termasuk akar rumput warga Muhammadiyah itu sendiri tentunya.(Nursalim Turatea).