MabesNews.com – Banda Aceh, Mabesnews.com-Sejak dulu Lhokseumawe terkenal dengan aneka ragam kesenian tradisional Aceh maupun kreasi baru yang terus menggeiiat di atas pentas keramaian.
Seperti halnya tari Seudati pimpinan Syeh Rasyid Bireuen (alm), Syeh Lah Geunta Aceh Bireuen (alm). Tak heran, kedua syeh tari Seudati ini cukup terkenal di kalangan masyarakat Aceh.
“Kalau kita melihat perkembangan kesenian tradisional Aceh dan kreasi baru terjadi pasang surut terlebih saat Covid-19. Tak terlihat penampilan kesenian saat itu,” kata Sopian Adami,SH saat berbincang melalui telepon selular dengan media ini dari Banda Aceh, Selasa 4/7/2023.
Putra Aceh yang berdomisili di Kota Lhokseumawe ini mengaku sangat senang menonton Seudati. Apalagi pertunjukan Seudati Tunang antara Syeh Rasyid Bireuen, Syeh Lah Geunta Aceh dan Syeh Lah Bangguna Meureudu, semua.penonton tak beranjak.
Bahkan lanjut Sopian Adami, sekitar tahun 1982-1987, tari Seudati bukan cuma sering tampil di berbagai daerah Aceh, tapi juga ditingkat nasional dan internasional bila ada even tertentu. Seperti halnya di Malaysia, Thailand, Brunei Darussalam malah di Amerika Serikat.
“Saya masih teringat, waktu itu Kepala Seksi Kebudayaan Dinas P & K Aceh Utara Ali Akbar (alm) dan Staf M Djafar Ismail (alm) kita salut kemajuan kesenian di Lhokseumawe luar biasa. Bahkan M Djafar Ismail, M Nurdin (alm) dan Marzuki ( Dosen Intitut Kesenian Jakarta (IKJ) itu sempat menampilkan Tari Seudati dalam sebuah even di Amerika Serikat yang mendapat sambutan meriah,” kenang Sopian Adami, pengacara kondang ini.
Bukan hanya itu, menurut Sopian Adami tak sedikit para seniman maupun pekerja seni di Lhokseumawe yang terus berkreatifitas. Seperti halnya Bob Walad (Seni Teater), Tarmizi (Seni Tari), Bachtiar Adamy dan Dien Faro Pasha (Seni Sastra), Edy Ratno (Seni Lukis) serta sejumlah pekerja seni lainnya yang aktivitasnya.luar biasa.
“Kenapa kemajuan kesenian ketika itu bisa terjadi ? Tentu selain semakin meningkatnya kreativitas seniman dan pekerja seni juga mendapat dukungan dari semua pihak termasuk .pemerintah daerah setempat. Mereka sepakat menggali dan mengembangkan kesenian tradisional Aceh maupun kreasi baru yang dapat membawa harum nama Lhokseumawe dan Aceh umumnya,” ujar Sopian.
Justru itu, kata Sopian kini sudah saatnya para seniman, dan pekerja seni untuk bangkit kembali berkreativitas di bidang kesenian yang digelutinya.Begitu pula, pemerintah daerah dalam hal ini Pemko Lhokseumawe untuk terus mensupport mereka sehingga kesenian di daerah ini semakin mendapat tempat di hati masyarakat.
“Terlebih kesenian Tari Seudati yang berasal dari kata Syahadat. Berarti saksi/bersaksi. Syahadat artinya pengakuan kepada Allah SWT dan.Nabi Muhammad SAW utusan Allah. Ketika Islam masuk ke daerah serambi Makkah, Aceh, menurut catatan sejarah salah satu media dakwah dan pengembangan syiar Islam melalui Tari Seudati,” papar Sopian Adami.
Para senior tari Seudati dan aneka kesenian lainnya harap Sopian Adami supaya.mencari bibit dan melatih tari Seudati kepada yang.muda-muda. Begitu pula kesenian lainnya sesuai dengan bakat anak muda itu sendiri.Paling penting ada dukungan dan perhatian dari Pemko Lhokseumawe.
“Sebab dalam hal ini semua sangat kita dambakan bahwa kesenian Aceh harus terus menerus digali, dikembangkan dan dilestarikan. Sebab, cabang-cabang dari kesenian daerah akan menjadi kekayaan kebudayaan nasional,” tambah Sopian Adami yang mengaku sangat senang.menonton penampilan kesenian Aceh terlebih “Seudati Tunang”.(tiar)