Kh. Dr. Muhammad Sontang Sihotang, S.Si., M.Si. (Kepala Laboratorium Fisika Nuklir, Universitas Sumatera Utara (USU) – Medan, Wartawan Mabes News)
Habib Rais Ridjàly Bin Thàhir (Pimpinan & Mursyid Majlis Al-Abrar Indonesia, Thariqat Musthafàwiyyah – Bekasi, Jawa Barat)
Dr. H. Ahmad Baqi Arifin, SH, MH, CPM, CPhM (Pimpinan Alkah Baitul Jaafar Rumah Suluk, Jalan Sedayu II Hamparan Perak Deli Serdang)
Budi Handoyo, SH., MH (Dosen Program Studi Hukum Tata Negara STAIN Teungku Dirundeng – Meulaboh)
Abstrak
MabesNews.com, Artikel ini mengkaji keterkaitan antara konsep Martabat Tujuh dalam tradisi mistik Islam dengan penemuan ilmiah terkini tentang partikel dasar, khususnya yang dikenal sebagai God Particle atau Higgs Boson. Kajian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana konsep spiritual mengenai eksistensi dan energi Ilaaahi dapat terhubung dengan pemahaman fisika modern dalam menggambarkan struktur alam semesta. Dengan pendekatan multidisipliner yang melibatkan perspektif teologi, mistisisme dan fisika teoretis, artikel ini mencoba menggali kemungkinan adanya keselarasan antara pengetahuan spiritual dan ilmiah dalam memahami realitas alam semesta.
Kata Kunci: Martabat Tujuh, God Particle, Energi Ilaaahi, Eksistensi, Alam Semesta, Fisika Kuantum.
Pendahuluan
Dalam khazanah tasawuf, dikenal dengan tiga macam istilah yaitu tasawuf akhlak, tasawuf amali dan tasawuf falsafi. Tasawuf sunni mencakup tasawuf akhlak, dan tasawuf amali. Tasawuf akhlak merupakan perilaku yang terpuji seseorang baik secara individu maupun interaksi sosial pada lingkunganya. Akhlak mulia/terpuji merupakan pondasi dalam ilmu tasawuf dalam arti tidak menyakiti sesama makhluk dan tahap ikhlas disakiti oleh orang lain. Tentunya sikap ini didasarkan kepada keteladanan Rasullullah SAW seperti sikap tawadhu, sabar, jujur, ikhlas, ridha, taslim dan lainnya. Sementara tasawuf amali dimaknai sebagai praktik-praktik amaliah sebagai bentuk pendidikan spiritual yang dikenal dengan istilah thariqah shufiyah yang dibawah pengawasan seorang mursyid. Beberapa tokoh utama tasawuf akhlak adalah Imam Al-Junaid Al-Baghdadi, Imam Al-Ghazali dan tokoh tasawuf amali diantaranya Syekh Abdul Qadir Al-Jilani, Syekh Abu Hasan Asy-Syadzili, Syeikh Bahauddin Muhammad Naqsyabandi dan lain sebagainya.
Tasawuf falsafi adalah merupakan kehadiran cahaya tajalli [manifestasi] Al-Haq didalam hati seseorang. Tasawuf falsafi membahas Irfan dan makrifat berkaitan dengan ontologi (ilmu pengetahuan tentang realitas wujud), yang membahas tentang wujud Alloooh, manusia dan juga alam semesta. Dalam hal ini irfan nadhari mirip dengan filsafat teologi yang sama-sama menjelaskan tentang wujud. Perbedaannya, kalau filsafat mengandalkan prinsip-prinsip rasional bagi argumentasinya, sementara irfan mendasarkan deduksinya pada prinsip-prinsip yang ditemukan melalui pengalaman mistis (kashf) kemudian diubah menjadi bahasa akal untuk menjelaskan.
Dalam pandangan filsuf, Alloooh dan selain Alloooh sama-sama mempunyai realitas, dengan perbedaan bahwa Alloooh merupakan wajib al-Wujud dan ada dengan sendirinya, sementara selain Alloooh merupakan mungkin al-Wujud sebagai akibat dari wajib al-Wujud. Ontologi irfan berpendapat bahwa tidak ada tempat bagi selain Alloooh, sekalipun mereka merupakan akibat dari Dia sebagai sebabnya. Selain Alloooh hanyalah nama yang merupakan manifestasiNya, bukan berada di sampingnya.
Ilmu ini dipelopori oleh Syekhul al-Akbar Ibnu Arabi (1165-1240). Konsep Irfan mesti dipahami sebagai pembahasan kesadaran mistik, dan ungkapan-ungkapan pengalaman-pengamalan mistik baik dalam perjalanan mi’raj yang introvetif maupun proses penurunan yang ekstrovertif. Upaya-upaya ini untuk mengindentifikasi irfan sebagai sebuah ilmu yang mandiri dan berbeda dari filsafat, teologi dan agama. Prestasi besar Ibnu Arabi dalam ilmu baru yang tersusun baik ini adalah doktrinnya yang masyhur tentang kesatuan wujud (Wahdat al-Wujud). Doktrin ini didasarkan pada proposisi bahwa seluruh realitas dan eksitensi dan apa yang benar-benar eksis (al-Wujud wa al-Mawjud) adalah mutlak satu dan sama, dan bahwa kumpulan besar yang ada di alam realitas, baik bersifat keinderaan maupun intelektual, hanyalah semata-mata ilusi yang bermain dalam pikiran kita bagaikan bayangan kedua dari sebuah benda, yang bermain dalam bola mata yang juling.”
Martabat Tujuh Sebagai Proses Energi Ilahi
Berbicara tentang konsep atau istilah martabat tujuh tidak bisa lepas dari kajian tasawuf falsafi atau irfani sufi. Kajian martabat tujuh merupakan salah satu kajian utama dalam tasawuf falsafi yang embrio nya dari Syekh Ibnu Arabi yang istilah awal dinamakan maratibul wujud. Ajaran maratibul wujud dikembangkan oleh penerus-penerus Ibnu Arabi, diantaranya Shadr al-Din Al-Qunawi, Dawud Al-Qasyhari, Abdul Karim Al-jili dan Burhanfuri Al-Hindi. Abdul Karim Al-Jili dalam kitab Maratibul Wujud membagi martabat ketuhanan kedalam 40 martabat kemudian oleh Burhanfuri Al-Hindi dalam kitab Tuhfatul al-Mursyalah meringkat menjadi tujuh martabat.
Martabat tujuh merupakan suatu teori dalam ilmu tasawuf bagaimana Alloooh itu dapat dikenal melalui degrasi-degrasi [penururan] yang dikenal dengan istilah tanazul. Sebagaimana isyarah Hadits Al-Qudis RasullAlloooh bersabda:
كنت كنزاً لا أعرف، فأحببت أن أعرف فخلقت خلقاً فعرفتهم بي فعرفوني
Aku pada mulanya adalah perbendaharaan yang tersembunyi, kemudian Aku ingin dikenal, maka Kuciptakan makhluk untuk memperkenalkanku kepada mereka, maka merekapun mengenal-Ku.
Dalam Hadits diatas menjelaskan bahwa sesungguhnya Alloooh itu pada esensinya adalah Dzat yang Ghaib Mutlak. Tiada sesuatu yang dapat mengenal esensi-Nya. Ibarat suatu partikel “atom sampai kepada inti atom seterusnya sampai kepada god partikel” yang abstrak sangat halus yang tidak dapat dikenal wujudnya. Maka dari partikel atom itu melahirkan berbagai bentuk-bentuk. Begitu juga Alloooh SWT maka Dia Ingin dikenal maka Dia menciptakan makhluk agar IA dikenal. Dalam ajaran tasawuf penciptaan melaui proses tanazul Dzat melaui hirarki martabat-martabat.
Syekh Burhanfuri Al-Hindi menyusun konsep martabat tujuh yang beliau jelaskan:
Dan sesungguhnya, karena itu Al-Wujud memiliki banyak tingkatan/level. Martabat pertama adalah
1. Martabat Ahadiyah
“Martabat lâ Ta’yun” atau “Martabat al-ilthlâq” atau “Martabat Adz-Dzat Al-Bakht (Martabat Dzat yang Mutlak). Ini tidak bermakna pembatasan kemutlakan dan pemahaman meniadaan ta’yun (entitas yang ada) ada tetap di dalam martabat itu. Sebaliknya hal itu bermakna bahwa Al-Wujud di dalam martabat itu (martabat lâ ta’yun), suci dari yang ikutan-ikutan dan sifat-sifat, dan suci dari setiap ikatan sampai pada ikatan kemutlakan juga. Dan martabat ini dinamakan “Martabat Al-Ahadiyah”, yaitu Kunhu al-Haqq subahanu wata`ala, dan tidak ada martabat lain di atasnya, sebaliknya setiap martbat ada di bawahnya.
2. Martabat Wahdah
Dan martabat kedua, “Martabat At-Ta’yun al-Awwal” adalah ibarat dari Ilmu-Nya Alloh ta`ala bagi Dzat-Nya dan Sifat-Nya dan semua al-maujudât dalam sudut global dengan tanpa pembedaan sebagian atas sebagian yang lain. Dan martabat ini dinamakan “Martabat al-Wahdah” dan “Al-Haqiqah al-Muhammadiyah”
3. Martabat Wahidiyah
Dan ketiaga “Martabat At-Ta’yun Ats-Tsani” adalah ibarat dari Ilmu-Nya Alloh ta`ala kepada Dzat-Nya, sifat-Nya, dan semua al-maujudât dari sudut perincian, dan pembedaan sebagiannya dari sebagian yang lain. Dan martabat ini disebut “Martabat Al-Wahidiyah” dan “Martabat Al-Haqiqah Al-Insaniyah.” Ketiga martabat ini (Ahadiyah, Wahdah, dan Wahidiyah) semuanya adalah qadîm (ada dalam Ilmu Alloh, belum dilahirkan dalam bentuk ciptaan), dan taqdîm dan ta’khîrnya (dalam melihat ini) adalah `aqlî, tidak pada masa (tidak dalam pengertian waktu).
4. Martabat `Âlamul Arwah
Dan martabat keempat adalah “Martabat `Âlamul Arwah”, adalah ibarat dari sesuatu al-kauniyah (yang dijadikan Alloh), yang mujarrod (tunggal), yang terbentang/simpel, yang tampak pada bagian-bagian dzawatya (dzat-dzat dari kauniyah) dan amtsal-nya. Dan martabat kelima
5. Matabat `Âlamul MItsal
adalah ibarat dari sesuatu al-Kauniyah yang tersusun, halus, tidak lagi menerima pembagian dan pembedaan sebagian atas sebagian yang lain, tidak menerima pemecahan (al-khorq) dan … (satu kata yang tidak begitu jelas). Dan martabat keenam
6. Martabat Alamul Ajsam
adalah ibarat dari sesuatu al-Kauniyah yang tersusun, tampak, menerima pembagian dan pembedaan (dengan yang lainnya).
7. Martabat al-Insan
Dan martabat ketujuh adalah martabat yang menghimpun keseluruhan bagi semua martabat yang disebutkan, berupa jismâniyah, nuroniyah, Wahdah, Wahidiyah, tajalli Ilahi yang yang akhir dan pakian-pakaian akhir (bagi tajalli Al-Haqq), yaitu al-Insan. Dan ketujuh martabat ini, yang paling utama adalah “Martabat li Zhuhûrin” (yang menyebabkan yang lain tampak), dan enam yang tersisa adalah martabat-martabat penampakan keseluruhannya. Martabat terakhir, maksud saya adalah martabat al-Insan (dapat terjadi) apabila seseorang mendaki dan tampak di dalam (penyaksiannya) martabat-martabat semua yang tersebut. Dan yang paling sempurna terjadi pada diri Nabi Muhammad shollallohu alaihi wasallam, dan karena ini beliaiu menjadi Khotaman Nabiyyin.
Sementara Syekh Abdul Karim Al-Jili memperincikan martabat wujud ini menjadi empat puluh martabat yaitu:
1. Dzat Murni (Ghaibul Ghaib).
2. Amma (hampa) Yaitu alam Kunhi Dzati yang diibaratkan dengan Makrifat.
3. Ahadiyah ialah kemurnian Dzat yang ibaratkan dengan Kanz Makhfiyah (pundi tersembunyi).
4. Wahidiyah yaitu awal tanazul Dzat dalam segala asma-asma dan sifat-sifat.
5. Uluhiyah yaitu martabat menyeluruh dalam maratib wujud dari yang tertinggi dan terendah atau disebut alam ketuhanan.
6. Rahmaniyah yaitu martabat Sifat dalam rangkaian maratib wujud terluhur atau disebut a’yan Tsabitah atau tempat Haqiqatul Muhammadiyah
7. Rububiyah ialah, maratib pengaturan segala wujud yang didalamnya tampak al-Haq. Rububiyah mencakup martabat Jalal, Jamal dan af’al.
8. Arsy ialah Jisim Külli
9. Qalam al-A’ala ialah Akal Awwal
10. Lauhul Mahfud ialah Nafs Külli
11. Kursy, ialah Akal Külli yang diibaratkan hati.
12. Huyulli (benda pertama)
13. Haba (debu) tempat menampung segala galaksi (alam semesta)
14. Falak Anashir (unsur-unsur)
15. Falak Athlas (galaksi ruang hampa)
16. Falak Buruj (galaksi besar, tempat gugusan bintang)
17. Falak Zuhal (langit ketujuh)
18. Falak Musytariy (langit keenam)
19.Falak Marikh (langit kelima)
20. Falak Asy-Syams (langit keenam)
21. Falak Az-Zuhrah (langit ketiga)
22. Falak Atarad (langit kedua)
23. Falak Al-Qamar (langit pertama)
24. Falak Al-Atsir yaitu zat yang sangat halus yaitu Falak An-Naar (api)
25. Falak Hawa (udara)
26. Falak al-Maa (air)
27. Falak at-Turab (tanah)
28. Falak Mauludaat (kelahiran)
29. Falak Jauhar al-Basith (entitas yang halus)
30. Falak Arad al-Lazim (kelaziman aksiden)
31. al-Murakabat (elemen)
32. an-Nabataat (tumbuh-tumbuhan)
33. al-Jamadat (benda-benda padat)
34. al-Hawayanaat (binatang)
35. Al-Insan (manusia)
36. Alam as-Shurah dengan tergambar alam2 dunia beserta bumi langit dan isinya
37. Alam Ma’ani yaitu dengan tergambarnya alam barzakh
38. Alam Haqa’id dengan tergambar nya hari kiamat yaitu alam akhirat
39. Syurga dan Neraka.
40. Al-Katsiib Al-Abyadh (awan putih) kelak para penghuni syurga akan keluar menujunya. Yang memetaforakan penampakkan Al-Haq jAlloooh JalAlloooh sehingga tampak inti DzatNya.
Maka melalui martabat tujuh atau martabat wujud 40, kehadiran energi ilahi terpancar dalam struktur alam semesta melalaui diri sosok Insan Kamil. Syekh Ibnu Arabi, menjelaskan. “Sesungguhnya Alloooh Mengetahui Diri-Nya, kemudian Mengetahui alam semesta. Sesungguhnya Alam semesta muncul dalam gambaran (citra), dan Alloooh menciptakan al-Insan (manusia) sebagai ikhtisar yang yang mulia, dalam ma’ani alam al-Kabir (Makrokosmos/alam besar), dimana Dia menjadikan manusia salinan (nuskhah) yang menyatukan baik segala sesuatu yang terletak di alam al-Kabir (makrokosmos) dan Asma-Asma-Nya yang berada dalam Hadrah Al-Ilahiyyah. Berkaitan dengan ini Rasulullah ShalAllooohu Alayhi Wasallam bersabda, “Tuhan menciptakan Adam dalam citra-Nya.” Karena hal ini, kita mengatakan bahwa alam semesta muncul dalam citra-Nya. Ibnu Arabi lebih lanjut menjelaskan. Sesungguhnya Insan adalah keseluruhan alam dari segi bahwa ia adalah buahnya, dan ia adalah rahasianya dari segi keunikannya dari alam, karena ia adalah cermin tajalli al-Haqq bersama alam dengan dzuhur (penampakkan) nama-nama-Nya dan sifat-sifat-Nya… Ingatlah bahwa tajalli yang penuh dan sempurna dengan Keseluruhan nama-nama Tuhan tidak terjadi kecuali melalui wujud Adam, yaitu Insan.
Insan [manusia] sebagai pencitraan Tuhan, didalam diri manusia yaitu manusia sempurna mencakup sifat-sifat martabat ketuhanan dan martabat alam semesta, maka manusia dikenal sebagai mikrokosmos [alam kecil]. Berkata: seorang Filasuf, Phytagoras, “Manusia memilik keserupaan (muqabalah) dengan seluruh alam semesta melalui fitrahnya (fitrah), dan dia merupakan sebuah mikrokosmos (alam shaghir), dan alam semesta adalah manusia yang besar (insan kabir). Jadi nasibnya (hazhzh) berkaitan jiwa dan akal menjadi lebih sempurna (aufar). Jadi, siapa pun memperbaiki jiwa dan menyucikan akhlaq dan menjernihkan ahwal (keadaan spiritual) mampu memperoleh makrifat tentang alam semesta dan cara (kaifiyah) penciptaannya.” Syakh Ibnu Arabi dalam Kitab Futuhat al-Makkiyah menjelaskan korelasi antara mikrokosmos dan makrokosmos;
Hakikat Muhammadiyyah, orbitnya adalah al-hayyah (kehidupan), persamaan dalam diri manusia terletak pada Latifah (sisi kehalusan) dan Ruh Al-Quddus. Arasy yg meliput persamaan dalam diri Manusia terletak pada Jisim Kulli (tubuh manusia). Kursy persamaan dengan manusia adalah pada Nüfus ( jiwa). Baitul Makmur persamaan dengan manusia adalah pada qalbu (hati) Para Malaikat persamaan nya dengan manusia adalh pasa ruh-ruh dan kekuatatan/daya yg ada pada diri manusia. Zuhal (Planet Saturnus) dan orbitnya.
Persamaan dengan manusia adalah kekuatan ilmiah dan nafas. Al-Musytari (Planet Jupiter) dan orbitnya, persamaan dengan manusia adalah kekuatan memori dan bagian belakang otak. Al-Ahmar (Planet Mars) dan orbitnya, persamaan dengan manusia adalah kekuatan akal dan ubun-ubun kepala. Asy-Syamsy (Matahari) dan orbitnya, persamaan dengan manusia adalah kekuatan pikiran dan bagian tengah otak. Az-Zuhroh (Planet Venus) dan orbitnya persamaan dengan manusia adalah kekuatan fantasi (wahamiyah) dan ruh hewani. Al-Qutub (Planet Merkurius) dan orbitnya persamaan dengan manusia adalah kekuatan imajinasi (khayaliyah) dan bagian depan otak. Dan Al-Qomar (bulan) dan orbitnya persamaan dengan manusia adalah kekuatan inderawi dan bagian-bagian tubuh yg dapat mengindera). Ini semuah tabaqat (tingkatan-tingkatan) tajalli alam tertinggi dan persamaannya dengan manusia.
Martabat Tujuh: Konsep Spiritual dalam Tradisi Islam
Martabat Tujuh merupakan sebuah konsep yang berasal dari ajaran tasawuf dalam Islam, di mana tujuh tingkatan spiritual menunjukkan perjalanan ruhani seorang hamba menuju kedekatannya dengan Alloooh. Setiap tingkatan ini memiliki makna dan simbolisme yang mendalam, mencerminkan dimensi batiniah yang saling berhubungan dengan pencapaian kesucian dan pemahaman hakikat Tuhan.
Tujuh martabat ini dimulai dengan tahapan yang paling dasar, yaitu dunia materi, dan berlanjut hingga tahap tertinggi, yang merupakan perwujudan dari kedekatan yang tak terhingga dengan Alloooh. Dalam perjalanan ini, energi Ilahi diimani menjadi kekuatan pendorong yang memandu perjalanan spiritual tersebut.
God Particle: Higgs Boson dan Energi Alam Semesta
Pada tahun 2012, penemuan Higgs Boson oleh tim ilmuwan di CERN membuka sebuah babak baru dalam pemahaman fisika kuantum. Higgs Boson, yang sering disebut sebagai “God Particle,” merupakan partikel dasar yang berperan dalam memberikan massa kepada partikel lain melalui interaksi dengan medan Higgs. Penemuan ini membuktikan teori yang telah diajukan oleh fisikawan Peter Higgs pada tahun 1964 dan mengonfirmasi eksistensi medan Higgs yang dapat menjelaskan bagaimana benda-benda memperoleh massa dan berinteraksi di alam semesta.
Dalam kerangka fisika kuantum, energi bukan hanya sekadar daya yang digunakan untuk melakukan pekerjaan, tetapi juga merupakan komponen fundamental yang membentuk segala sesuatu di alam semesta. God Particle merupakan simbol dari kekuatan yang ada dalam tatanan dasar alam semesta, menghubungkan dunia materi dengan hukum-hukum fisika yang mendasarinya.
Keterkaitan Antara Martabat Tujuh dan God Particle
Pada permukaannya, Martabat Tujuh dan God Particle tampak berasal dari dua dunia yang berbeda — satu dunia spiritual dan mistik, sementara yang lain berasal dari dunia sains dan fisika. Namun, keduanya dapat dipahami sebagai manifestasi dari prinsip yang sama: energi yang menggerakkan dan membentuk segala sesuatu dalam alam semesta.
Dalam tradisi tasawuf, setiap tingkatan dalam Martabat Tujuh menggambarkan pencapaian kesucian spiritual yang semakin mendekatkan seseorang dengan Tuhan. Hal ini mirip dengan cara pandang fisika kuantum, di mana semakin dalam kita mempelajari alam semesta, semakin kita menemukan tingkat-tingkat yang lebih fundamental dan tersembunyi dari kenyataan fisik.
God Particle, dalam hal ini, dapat dilihat sebagai bagian dari pencarian manusia untuk memahami asal-usul dan struktur alam semesta, mirip dengan pencarian spiritual dalam Martabat Tujuh. Keduanya mengarahkan kita untuk memahami bahwa di balik apa yang tampak sebagai kenyataan fisik, terdapat lapisan-lapisan energi yang lebih dalam yang menghubungkan segala sesuatu.
Energi Ilahi dalam Struktur Alam Semesta
Martabat Tujuh dan God Particle pada dasarnya mencerminkan pencarian yang sama mengenai energi yang ada di balik alam semesta. Dalam pandangan mistik, energi Ilahi adalah kekuatan yang tak terhingga yang menghidupkan segala sesuatu. Dalam fisika, Higgs Boson memberikan kita gambaran tentang bagaimana energi bekerja pada tingkat subatomik untuk memberi bentuk pada alam semesta.
Dengan memadukan keduanya, kita dapat melihat bahwa energi Ilahi dalam Martabat Tujuh mungkin berhubungan erat dengan prinsip-prinsip dasar yang ditemukan dalam fisika kuantum. Baik itu dalam tingkat spiritual atau ilmiah, pencarian akan energi ini mencerminkan usaha manusia untuk memahami keteraturan dan tujuan di balik eksistensi kita dan alam semesta ini.
Kesimpulan
Penelitian ini menyarankan bahwa terdapat sebuah kemungkinan keselarasan antara konsep spiritual mengenai Martabat Tujuh dan penemuan ilmiah tentang God Particle dalam menggambarkan struktur alam semesta. Walaupun keduanya berasal dari disiplin ilmu yang berbeda, mereka sama-sama mengarah pada pemahaman yang lebih dalam mengenai energi yang mengatur eksistensi dan interaksi di alam semesta. Sebagai kesimpulan, pencarian terhadap energi Ilahi baik dalam ranah spiritual maupun fisika kuantum, menunjukkan bahwa pencarian manusia akan hakikat kehidupan memiliki dimensi yang saling melengkapi dan dapat memperkaya pemahaman kita tentang realitas yang lebih besar.