Agung Libas, AI: Solusi atau Ancaman…? Bahayakan Kreativitas Profesi Penulis

Sosial36 views

Magelang, MabesNews.Com Teknologi kecerdasan buatan (AI) kian berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Terlebih lagi dengan kehadiran AI generatif atau Gen AI yang semakin mudah untuk diakses.

Ledakan’ kecerdasan buatan ini pun tak lepas dari sorotan. Ada yang menyambut positif, dan tidak sedikit juga yang khawatir dengan keberadaan AI. Pasalnya, keberadaan AI akan menggantikan peran manusia. Di sisi lain, penggunaan AI yang terlalu berlebihan juga bisa berdampak buruk.

“Agung Libas salah satu penulis media siber di Magelang, Jawa Tengah, mengungkap penggunaan berlebihan pada AI dapat membuat pekerja malas sampai “membuat kita berhenti berpikir.”ungkapnya.

Meskipun dapat digunakan untuk berdiskusi mencari ide, AI ternyata dapat menumpulkan ide jika digunakan secara berlebihan. “Dan ide semuanya pakai AI, lama-lama ide kita tumpul. Kita enggak tahu mana yang bagus, mana yang enggak, pokoknya semua dari AI bagus. Nah itu sangat memalukan,” jelas Agung Libas dalam goresannya. Jum’at (1/11/2024).

Ia mengungkap bagaimana pekerja atau penulis terlalu bergantung pada AI generatif. Responden pekerja di berbagai industri, mulai dari IT hingga layanan kesehatan. Hasil survei menunjukkan 10 persen responden menggunakan AI secara mentah-mentah tanpa diperiksa ulang. Lalu 49 persen responden mengambil hasil AI dan dikoreksi ulang sebelum digunakan. Hanya 28 persen responden yang menggunakan AI sebagai awalan dan sisanya dikerjakan secara mandiri.

“Hampir setengah dari responden meninjau dan memodifikasi hasil GenAI (salah satu bentuk AI), menunjukkan kepercayaan dan ketergantungan yang lebih tinggi pada AI,” demikian keterangan Agung Libas seorang penulis di media siber asal magelang, jawa tengah, jum’at (1/11/2024).

Sementara itu, sektor pekerjaan yang paling sering menggunakan AI adalah pekerjaan-pekerjaan yang berbasis teknologi seperti data science, IT, dan yang berhubungan dengan digital. Responden berpikir bahwa AI akan mengubah beberapa aspek pekerjaan mereka. Lalu 40 persen memperkirakan dampak besar yang dapat menghilangkan atau mengubah pekerjaan mereka.

“Kekhawatiran ini paling tinggi di kalangan profesional dalam digitalisasi, ilmu data, dan AI, dengan 47 persen mencerminkan perubahan besar pada peran mereka.”imbuhnya.

Penggunaan AI yang berlebihan memang menimbulkan kekhawatiran, termasuk potensi kemalasan berpikir dan menurunkan kreativitas. Fenomena ini terlihat dari hasil survei yang menunjukkan bahwa sebagian pekerja atau profesi mulai bergantung pada AI, bahkan mengandalkan hasil secara langsung tanpa banyak proses pemikiran kritis.

Meskipun AI bisa sangat membantu dalam memunculkan ide awal, jika digunakan tanpa evaluasi kritis, bisa membuat pengguna terbiasa menerima hasil tanpa pemikiran mendalam. Ketika kita terus-menerus menggunakan AI sebagai “pembuat ide”, kita bisa saja kehilangan kemampuan untuk berpikir kreatif dan mengembangkan solusi unik. Kepercayaan tinggi pada AI juga dapat mengurangi pemikiran kritis karena kita mungkin cenderung menerima hasil AI tanpa bertanya

Namun, seperti halnya alat lainnya, efek AI pada kebiasaan berpikir bergantung pada cara kita menggunakannya. Idealnya, AI sebaiknya digunakan sebagai alat bantu, bukan pengganti proses berpikir.

“Sementara AI mampu memproses data dan memberikan ide awal, pemikiran manusia kreatif tetap diperlukan untuk menyaring dan memodifikasi hasil tersebut agar relevan dan bermakna. Dengan demikian, AI bisa menjadi katalisator produktivitas tanpa menggantikan peran berpikir kritis.” pungkasnya.