Kacau, Jika GKP Difungsikan jadi Restaurant

Opini oleh Anto Narasoma |Seniman Kota Palembang.

———————————————————

MabesNews.com, Ada kabar yang menusuk pikiran dan perasaan seniman, tentang keberadaan Gedung Kesenian Palembang (GKP).

Dari kabar yang tak enak diterima oleh para seniman, bahwa hasil pertemuan antara PJ Walikota Palembang Dr Ucok Abdulrauf Damenta S.Sos dan Kepala Dinas Kebudayaan Kota Palembang Ir H Alfan Prapanca MT. Mereka membicarakan GKP untuk difungsikan sebagai pusat bisnis kuliner guna pengembangan wisata sungai dikawasan Benteng Kuto Besak.

Bahkan rencana memfungsikan GKP itu, tampak ya bakal diwujudkan dengan Lebel Kuto Besak Theatre Restaurant (KBTR).

Bagi Seniman, kabar itu bukan saja mengejutkan, ibarat dentuman bom sulfur Israel yang menghantam gedung-gedung rumah penduduk Palestina.

Begitu membara dan membakar kemarahan para seniman dan budayawan Sumatera Selatan.

Mengapa begitu ? Yah karena GKP tersebut, baru saja diserahkan oleh Pemerintah Kota Palembang, yang saat itu Walikotanya Harnojoyo, saat itu rlah menentramkan kegelisahan para seniman, pelaku seni dan budayawan yang selama ini kegiatan seni seolah dibiarkan tanpa disediakan gedung kesenian.

Dalam perbincangan antar seniman, setelah penyerahan Anugerah Batanghari Sembilan 2024 di Ballroom Hotel Swarna Dwipa Palembang, Sabtu malam 2 Agustus 2024, para seniman merasakan keprihatinan yang terjadi, dan jika rencana alih fungsi GKP ini benar benar dilakukan, maka ratusan seniman dan budayawan dari berbagai sudut Kota Palembang bakal turun ke jalan.

Seniman sekaligus Rektor Universitas IBA Dr Tarech Rasyid M.Si yang hadir dalam acara perbincangan seniman tersebut, mengatakan apabila rencana itu jadi dilakukan, maka situasinya bakal kacau, karena seniman pasti marah besar. Tarech mengatakan, seharusnya Pemerintah mempertimbangkan persoalan ini secara matang, artinya tanpa melibatkan seniman tiba tiba ada pertemuan antara PJ Walikota dengan Disbud Kota Palembang, untuk memfungsikan Gedung itu, yang akan dijadikan Restaurant, ini sangat merendahkan nilai kesenian dan kebudayaan di Kota Palembang.

Memang, sebelumnya gedung kesenian itu, diserahkan oleh Walikota Palembang terdahulu, kepada para seniman, saat itu suasananya sangat tidak berpihak, GKP yang dibangun sebagai gedung Balai pertemuan dan kegiatan para seniman berubah fungsi menjadi Kegiatan yang tak sesuai peruntukannya.

Selain pernah untuk kantor Satpol PP selama sekian tahun, kemudian gedung itu dijadikan lokasi penjualan makanan (mirip rumah makan).

Dampak buruk dari semua ini, keadaan Balai pertemuan itu menjadi sangat memprihatinkan, selain plafon dan kondisi listrik terjadi kerusakan, daun pintu dan jendelanya hilang satu persatu dicuri orang.

Bahkan dalam kondisi rusak, gedung itu diserahkan ke pihak BAZNAS, dan akibat diabaikan selama bertahun tahun, keadaan gedung kondisinya seperti ” kuburan tua”.

Padahal, sejak dibangun kali pertama, gedung ini difungsikan sebagai ruang pementasan seni, diantaranya sandiwara, Tari, bernyanyi dan kegiatan seni lainnya.

Almarhum seniman dan Penyair Drs Surya Gunawan atau yang akrab dipanggil Koko Bae, pernah mengatakan, bahwa Pemerintah Kota Palembang, tidak mengerti seni dan tak paham untuk melestarikan hasil budaya diantaranya Gedung Kesenian Palembang, yang ada di situs “Kita lama” Benteng Kuto Besak

Karena Gedung Balai pertemuan tersebut sudah seperti ” Rumah hantu” dan ditelantarkan, akhirnya membuat para seniman marah dan melakukan aksi unjuk rasa, diantaranya dilakukan oleh Aliansi Masyarakat Peduli Cagar Budaya (AMPCB), mereka berdemo didepan Kantor Walikota Palembang, dan kantor DPRD Kota Palembang, terkait fungsi dan keadaan gedung tersebut.

Akhirnya saat itu, disetujui gedung tersebut diserahkan kepada para seniman.

Begitu sukacitanya saat itu para seniman, namun kini PJ Walikota Palembang bersama Dinas Kebudayaan, merencanakan merubah fungsi gedung tersebut, tanpa mengajak para seniman untuk berbicara.

Andaikan kesepakatan antara PJ Walikota Palembang dan Disbud Kota Palembang tersebut diwujudkan, maka dapat dipastikan semua seniman dan budayawan yang ada, akan kembali turun kejalan.